Waduh, Rumah Sakit Keberatan Tarif Rapid Tes Rp150 Ribu

BANYAK rumah sakit keberatan dengan ketetapan besaran tariff rapid tes yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

"Sebagian rumah sakit menyatakan keberatan, dan sementara tidak akan melayani permintaan rapid test untuk pasien yang akan test atas keinginan sendiri," kata Anggota Persatuan Rumah Sakit Indonesia (PERSI), Daniel Wibowo kepada mediaindonesia.com, Rabu (8/7).

Daniel menyebutkan,  sebagian besar RS keberatan, mungkin lebih dari 2000 RS di Indonesia merasa tidak mampu melayani rapid test dengan biaya Rp150 ribu.

Namun, Daniel enggan menyebut RS mana saja yang mengaku merasa keberatan. Namun, Daniel menyebut, RS beralasan unit cost yang harus dikeluarkan untuk melaksanakan rapid test untuk satu pasien sudah mencapai Rp150 ribu. Pasalnya, rumah sakit harus membeli alat rapid test sendiri yang kini masih mengandalkan impor.

Baca juga : Eka Hospital Berlakukan Harga Rapid Test Rp150 Ribu

"Kecuali rumah sakit yang memiliki alat pemeriksaan khusus seperti RS Eka Hospital dan sejumlah RS lainnya. Sedangkan Rapid test buatan Indonesia, baru tersedia akhir bulan Agustus. Kecuali dalam perkembangannya, diatributor memurunkan harga kit rapid test-nya," jelasnya.

Daniel menyebut, rapid test yang kini menjadi syarat untuk perjalanan, sebaiknya harus disediakan secara gratis oleh pemerintah.

"Sebaiknya pemerintah menentukan patokan harga alat rapid test, karena saat ini sangat bervariasi harga material test nya, tergantung merek. Setelah ada ketetapan harga materialnya, baru diperhitungkan unit cost yang wajar bagi penyedia layanan rapid test," bebernya.

Sepertu diketahui, adanya patokan tarif rapid test tertuang dalam Surat Edaran (SE) Nomor HK.02.02/I/2875/2020. SE yang ditandatangani Dirjen Pelayanan Kesehatan Kemenkes Bambang Wibowo itu ditetapkan bahwa besaran tarif berlaku bagi masyarakat yang melakukan tes atas permintaan sendiri. (OL-2)