Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Geliat Urban Farming di Tengah Pandemi

Yakub Pryatama Wijayaatmaja
17/6/2020 15:40
Geliat Urban Farming di Tengah Pandemi
PERTANIAN KOTA: Seorang Petugas PPSU Kelurahan Cipinang Melayu merawat tanaman sayur di kolong Tol Becakayu, Jakarta Timur(MI/VICKY GUSTIAWAN)

LEBIH banyak memiliki waktu luang di rumah membuat Ilyas Mujib, 30 harus memutar otak mencari kegiatan agar tidak stres. Kegiatan seperti memasak, bermain gim, hingga berolahraga rutin pun dilakukan Ilyas selagi menjalankan Work Form Home (WFH).

Di tengah waktu luangnya, Ilyas terpikirkan untuk memiliki kegiatan yang bisa memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga. Walhasil, pria yang tinggal di daerah Palmerah, Jakarta Barat itu membuat urban farming di rumahnya. Urban Farming adalah suatu metode pertanian kota dengan konsep berkebun di lahan yang terbatas.

Baca juga: Gugus Tugas Diminta Awasi Ketat Kesiapan Industri Pariwisata

"Di samping kesibukan dalam bekerja, saya selalu sempatkan untuk melihat perkembangan tanaman di rumah," ujar Ilyas kepada Media Indonesia, Rabu (17/6).

Selain bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pangan di rumah, Ilyas menuturkan hasil panen nantinya bisa menunjang kondisi ekonomi masyarakat itu sendiri.

"Saya berencana untuk memperbanyak berkebun dan ingin memasarkan hasil panen urban farming," paparnya.

Tak hanya urban farming, Ilyas pun mencoba budidaya kangkung dan pembesaran ikan lele dalam ember (budikdamber). Budidaya kangkung serta lele yang tidak terlalu sulit menjadi alasan Ilyas memilih kegiatan tersebut.

"Konsepnya sederhana dan yang jelas tidak membutuhkan modal yang besar dan tidak memerlukan ruangan atau kolam yang luas," tutur Ilyas.

Selain ember, hal yang dibutuhkan untuk budidaya kangkung dan lele ialah beberapa pot plastik air mineral, media tanam seperti arang, sekam da serta kawat jemuran untuk pengait pot.

Ilyas pun sudah mulai melakukan uji coba sebanyak 6 ember dengan bibit ikan dan kangkung di rumahnya. "Hitung-hitung menghabiskan waktu di kala WFH sambil melakukan kegiatan positif," tambahnya.

Urban farming pun dipilih oleh Kukuh, 27. Selain berjualan kopi di tengah pandemi, pria asal Yogyakarta ini membuat urban farming di area kamar kostannya agar bisa memenuhi kebutuhan pangannya secara mandiri selama pandemi.

"Saya bertanam tauge dan kangkung. Hasil panennya lumayan buat makan sehari-hari untuk dimasak," ujar Kukuh.

Maraknya keinginan bercocok tanam di rumah saja membuat permintaan benih melonjak selama tiga bulan penerapan PSBB di Jakarta.

"Begitu saya ke lapangan, itu awalnya ada yang (pertanian warga) di lahan kosong atau hidroponik dan sebagainya, ada peningkatan. Dan benar itu untuk kebutuhan mereka sehari-hari, mereka tidak perlu ke pasar," ujar Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Perikanan (KPKP) DKI Jakarta, Darjamuni.

Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB, Wisnu Widjaja, menuturkan bahwa urban farming sangat mendukung dan memberikan apresiasi positif karena terbukti lebih banyak memberikan manfaat bagi masyarakat di tengah pandemi.

"Selain untuk mengisi aktivitas menumbuhkan gotong-royong, urban farming juga memperkuat ketahanan pangan dan kebutuhan gizi masyarakat," ungkapnya. (OL-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria
Berita Lainnya