Agar Darah tidak Sia-Sia

MI/Her/*/M-5
26/4/2015 00:00
Agar Darah tidak Sia-Sia
( Antara Foto/Rahmad)
BERAPA lama darah bisa bertahan dan masih bisa dimanfaatkan setelah dikeluarkan dari tubuh seorang donor?  Kepala Bidang Penyediaan Darah Palang Merah Indonesia Pusat Ulfah Suryani menuturkan kualitas tiap kantong darah utuh (whole blood) hanya terjaga sampai 35 hari. Jika terbuang bukan hanya bicara soal donor darah yang sia-sia, melainkan juga terbuangnya banyak biaya mulai kantong darah, alat tes golongan darah reagen, hingga biaya lain untuk mengolah darah.Ia menjelaskan banyak masyarakat tidak paham, ketika seseorang membutuhkan transfusi darah, seringnya justru bukan darah utuh melainkan komponennya.

Dalam darah, ada belasan komponen, di antaranya trombosit, eritrosit, dan leukosit. Nah pada banyak kasus, transfusi darah yang diperlukan untuk pasien itu dalam bentuk komponen darah, bukan darah utuh. Saat demam berdarah, misalnya, yang dibutuhkan trombosit. Kantong berisi komponen trombosit merupakan yang paling sering habis stoknya. Itu disebabkan dari sekantong darah utuh, jumlah trombosit paling hanya bisa disaring sebanyak 50 cc. Alhasil, satu pasien bisa membutuhkan sampai sepuluh kantong trombosit alias dari sepuluh donor berbeda.

Di sisi lain, komponen trombosit tidak bisa disimpan lama sebagaimana kantong darah utuh. Untuk bisa berkhasiat cepat meningkatkan kadar trombosit pasien, itu perlu sesegar mungkin atau minimal kurang dari lima hari. Semakin lama usia trombosit sejak dipisahkan komponennya, semakin lama menaikkan trombosit pasien. Lalu pada penyakit khusus seperti talasemia dan hemofilia, pasien memerlukan komponen darah yang lebih spesifik lagi. Ulfah menjelaskan, lantaran rutin melakukan transfusi, mereka perlu komponen darah yang miskin leukosit mengingat risiko reaksi terbesar bisa muncul dari leukosit.
"Kalau pada talasemia dan hemofilia iya saya katakan darah kurang karena tidak semua unit transfusi darah mempunyai alat untuk menyaring leukosit hingga menghasilkan komponen darah yang diperlukan," jelasnya. Padahal, jelasnya, satu pasien biasanya memerlukan enam kantong. Saat ini tercatat ada 5.700 penderita hemofilia di Indonesia.

Bervariasi
Kebutuhan darah setiap minggu atau bulan bisa sangat bervariasi di tiap wilayah karena kita tidak pernah tahu kapan seseorang sakit dan membutuhkan donor darah, kecuali penyakit-penyakit tertentu yang memang rutin melakukan transfusi darah. Bisa juga wabah penyakit tiba-tiba melanda suatu daerah sehingga kebutuhan darah jauh meningkat, semisal ketika kasus demam berdarah. Kalaupun ada waktu-waktu di saat pasokan darah memang sangat terbatas, itu biasanya terjadi di bulan puasa dan Lebaran.

Di negara dengan penduduk mayoritas muslim ini, ada kepercayaan bahwa memasukkan dan mengeluarkan sesuatu dari tubuh membatalkan puasa. Sontak, tiap tahun jumlah donor di Indonesia bisa turun sampai 70%. Sementara itu, di hari raya ketika kebanyakan orang mudik ke kampung halaman, persoalan sama pun terjadi. Kesulitan mendapatkan darah di bulan Ramadan diakui Sutinah. Sejak 16 tahun lalu, Sutinah mendampingi anaknya, Trisno, yang menderita talasemia sejak lahir.  "Sampai sekarang tidak pernah ada kesulitan mendapatkan darah, kecuali kalau bulan puasa agak sulit dapatnya," jelasnya yang saat ditemui tengah menunggu transfusi darah untuk anaknya di Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM).

Setiap unit donor darah dan rumah sakit yang memiliki bank darah lazimnya memiliki perkiraan kebutuhan darah setiap bulan. Sebelum stok di bank darah dalam rumah sakit habis, biasanya mereka sudah meminta pengiriman kembali. "Jadi tidak memungkinkan darah kosong," jamin Ulfah. Kalaupun, misalnya, ada kondisi khusus di wilayah tertentu kebetulan sedang habis, distribusi dari unit transfusi darah terdekat bisa dilakukan. Maka, jangan panik apalagi sampai terjerat praktik jual beli darah, ya!



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya