Headline
Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.
Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.
Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.
INDONESIA, saat ini, tengah menghadapi dua permasalahan terkait gizi, pertama yaitu kekurangan gizi yang berkaitan dengan masalah stunting. Sedangkan yang kedua yakni gizi berlebih yang sering disebut sebagai penyebab munculnya Penyakit Tidak Menular (PTM).
Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada 2019, terjadi peningkatan prevalensi PTM seperti kanker, stroke, penyakit ginjal, diabetes mellitus, dan hipertensi, yang salah satunya diakibatkan konsumsi pangan yang tidak memperhatikan keamanan, mutu, gizi, serta kecukupannya.
Sebagai tindak lanjut dari masalah tersebut, Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM) terus berupaya mengedukasi masyarakat agar dapat memahami dan lebih mudah memilih produk dengan kandungan yang sehat.
Kepala Badan POM Penny K Lukito menuturkan salah satu langkah yang telah dilakukan Badan POM untuk mendorong pola konsumsi sehat di masyarakat yakni melalui regulasi pelabelan gizi.
"Tugas Badan POM adalah dalam label memberikan, memformulasikan, melengkapi regulasinya yang terkait dengan label. Karena label adalah bentuk informasi yang harus dibaca oleh konsumen dan mengedukasi," ujar Penny dalam acara Sosialisasi Pelabelan Gizi Pangan Olahan di Jakarta, Selasa (3/9).
Baca juga: Banyak Penularan Penyakit Berbahaya Melalui Makanan
Penny mengatakan, berdasarkan survei pada 2016 dan 2017 terkait pembacaan label pangan olahan yang dilakukan Badan POM, tingkat kesadaran masyarakat untuk membaca label pangan tergolong masih rendah.
Untuk itu, dia mengungkapkan, Badan POM telah merevisi regulasi dan bentuk penyampaian informasi nilai gizi yang ada pada kemasan agar mudah dipahami konsumen.
"Jadi konsumen lebih memperhatikan, lebih tertarik membaca itu (label) kita buat konsumen friendly dari pemberian informasi dan cara membacanya, terutama adalah kandungan gula garam lemak, itu yang menunjukkan nutrisi," terangnya.
Selain itu, bentuk penyampaian informasi kandungan gizi yang baru dinilai Penny mampu mendorong kompetisi di antara para pelaku usaha untuk menciptakan produk-produk pangan dengan kandungan yang lebih baik.
Setelah Badan POM melakukan survei penentuan desain label gizi yang paling sesuai dan paling mudah dipahami masyarakat, akhirnya diperoleh desain monokrom informasi nilai gizi dan logo Pilihan Lebih Sehat atau Healthy Choice yang dicantumkan pada bagian utama label dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Desain monokrom pada dasarnya sama dengan informasi nilai gizi yang ada di belakang label. Namun, desain ini hanya sebagai highlight dari beberapa zat gizi yang terkait dengan PTM seperti energi, lemak, lemak jenuh, gula, dan garam.
2. Produk yang mencantumkan logo Pilihan Lebih Sehat berarti telah memenuhi kriteria untuk menjadi pilihan produk dengan kandungan yang sehat berdasarkan kandungan gula, garam, atau lemaknya. Untuk tahap awal, baru diberlakukan untuk produk minuman siap konsumsi dan pasta atau mie instan. Meskipun demikian, masyarakat harus memahami bahwa pilihan lebih sehat ini dibandingkan dengan produk sejenis dan dikonsumsi dalam jumlah yang wajar.
"Mereka harus tahu bahwa memilih itu ada resikonya. Selama kita memberi informasi, silahkan masyarakat memilih dan mengedukasi bahwa memilih yang terbaik adalah demi kesehatan dan juga untuk mendukung visi ke depan yaitu menciptakan sumber daya manusia unggul dan Indonesia maju. Dan itu hanya diciptakan dari masyarakat yang sehat," tandasnya. (OL-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved