Headline
Pansus belum pastikan potensi pemakzulan bupati.
Bangun berbentuk kubus besar dari akrilik itu terlihat jelas dari segala arah. Letaknya tepat di depan kantin makan di gedung Pusat Teknologi Lingkungan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Kawasan Puspiptek, Serpong, Tangerang Selatan.
Sama sekali tidak mirip dispenser, kecuali dua bagian berbentuk keran air minum yang berada di kedua sisinya. Nyatanya, bangun itu merupakan Unit Pengolahan Air Siap Minum (Arsinum).
Alat itu mengolah air baku untuk siap diminum langsung tanpa dimasak, tetapi dengan teknologi kombinasi ultra filtrasi dan reverse osmosis (RO).
Air yang digunakan sebagai sumber merupakan air sumur yang disaring terlebih dulu dengan filter dari berbagai material alam. Di antaranya adalah pasir, kerikil, dan manganese karbon Filter ini mampu menyingkirkan polutan besar seperti lumpur dan daun.
Selanjutnya, barulah air diolah dengan dua jenis membran, yakni ultrafiltrasi dan reverse osmosis. Ultrafiltrasi berguna untuk memastikan air sudah tidak mengandung partikel-partikel yang bisa merusak membran RO. Pori-pori membran ultrafiltrasi dapat menyaring sekitar 0,01 mikron.
Pada pengolahan RO, molekul yang lebih besar dari air tidak akan lolos dari pori-pori membrans.
"Dengan saringan molekular itu kita dapat airnya saja, molekul airnya saja, H2O-nya saja. Partikel yang lebih besar dari partikel air nggak bisa lolos lewat membran itu," terang Perekayasa Ahli Utama, Pusat Teknologi Lingkungan BPPT Imam Setiadi, kepada Media Indonesia, Kamis (28/2).
Teknologi RO dilakukan dengan memberi tekanan tinggi pada air yang dialirkan melalui membran semi permeable sehingga pemisahan ion terjadi. Dengan pemisahan ion, molekul air membentuk penghalang bagi kontaminan. Teknologi itu dapat menyaring partikel-partikel kecil seperti bakteri, mineral logam dan bahan berbahaya lainnya sehingga memenuhi persyaratan kesehatan sebagai air minum yang layak. Air yang sudah melewati proses RO sudah memenuhi baku mutu air minum.
Baca juga: Swasta Dibutuhkan untuk Kelola Air Bersih
Meski sudah memenuhi baku mutu, untuk lebih menjamin kualitas, air kembali melalui proses sterilisasi ultraviolet untuk membunuh mikroba. Air yang keluar dari unit sterilisator ultra violet ialah air olahan yang siap minum langsung tanpa dimasak.
"Untuk finishing menjadi air siap minum itu kami selalu menggunakan teknologi membran. Membran ultrafiltrasi maupun reverse osmosis dan terakhir nanti ada sistem sterilisasi," jelas Direktur Pusat Teknologi Lingkungan BPPT Rudi Nugroho.
Air hujan
Meski bahan baku air bisa beragam, Rudi menjelaskan jika bahan baku terbaik ialah air hujan. Air jenis ini dianggap lebih bagus dari air sungai karena karena berasal dari penguapan air permukaan. Oleh karenanya, BPPT juga mengembangkan sistem pemanfaatan air hujan (SPAH).
"Jadi kecenderungannya itu lebih murni. Jadi bagus untuk dipakai air baku atau bahan baku air minum sehingga penggolahannya tidak terlalu berat seperti pakai air gambut, air laut. Kalau air hujan cukup membran air tawar saja, cuma untuk menyaring kotoran saja. Sudah jernih," terang Rudi.
Untuk penerapan SPAH ini maka bangunan harus memiliki saluran penyaluran dan penampungan air hujan. Sampah dedaunan yang terbawa akan disaring dengan media pasir dan kerikil di bagian depan bak penampung. Air lalu dipompa untuk masuk ke Arsinum.
"Jadi namanya sistem pemanfaatan air hujan atau spah. Prinsipnya menampung, meresapkan, dan memanfaatkan," tambah Rudi.
Jika hujan berlangsung terus menerus, dan bak penampung penuh maka air akan melimpah melalui pipa lalu masuk kedalam sumur resapan dengan kedalaman lubang sumur resapan. Air hujan di dalam sumur resapan ini akan meresap melalui zona resapan dari sumur resapan kedalam tanah sebagai sumber air tanah.
SPAH mempunyai banyak manfaat untuk lingkungan di antaranya untuk menghemat pengunaan air tanah, mengurangi beban sungai saat hujan deras, menambah jumlah air yang masuk ke tanah, dan mengurangi laju erosi dan sedimentasi.
"Jadi kalau dari sisi lingkungan itu akan sangat membantu yang pertama menghindari amblesnya tanah. Karena air itu akan diinjeksikan kembali ke dalam tanah dengan meresap secara alami. Kemudian juga akan membantu cadangan air tanah," ujar Rudi.
Lokasi percontohan
Beberapa lokasi sudah menjadi percontohan dari Arsinum, di antaranya ada di Depok, Pandeglang, dan Probolinggo.
"Sebenarnya itu sifatnya percontohan sehingga kalau sekolah-sekolah mau ada rencana untuk menampung air hujan, bisa mencontoh di sekolah tersebut. Biar diduplikasi," tambah Imam.
Teknologi Arsinum juga bisa diterapkan sesuai dengan kualitas air baku yang ada di masing-masing daerah. Hal itu bisa dilakukan karena teknologi RO mempunyai tiga tipe membran, yakni membran untuk air laut, air tawar, dan air payau.
Unit Arsinum di Pusat Teknologi Lingkungan ini sama persis dengan yang ada di Pesantren Zainul Hassan Genggong Probolinggo yang diinstal April 2018. Unit itu mampu memproduksi air minum sebanyak 5.000 liter per hari atau sekitar . Jumlah itu digunakan untuk membantu kebutuhan 5.000 santri.
"Kapasitas maksimal setiap hari tercapai," terang Humas Pesantren Zainul Hassan, Samsul Arifin, terpisah.
Instalasi awal Arsinum memang membutuhkan dana tidak sedikit, sekitar Rp300 juta. Sementara itu, biaya perawatan dan operasional Arsinum berkisar antara Rp1,5 juta-Rp2 juta per bulan, termasuk untuk biaya operator dan listrik. Meski demikian, Arsinum dinilai tetap menguntungkan dari sisi bisnis.
"Tapi nanti hitung-hitungannya sama kalau Kita menjual, hasilnya itu pasti lebih lebih. Masih ada untungnya lah ya kan mereka tidak ada modal untuk bahan baku," terang Imam.
Unit Arsinum ini diklaim memiliki umur pakai antara 2-3 tahun. Setelah itu, ada beberapa komponen utama yang harus diganti terutama komponen yang bergerak seperti pompa. Untungnya Arsinum memakai 98% kandungan lokal sehingga komponen yang usang bisa diganti dengan mudah, kecuali membran.
Rudi menjelaskan, teknologi Arsinum terdiri dari dua macam, yaitu Arsinum Fix dan Arsinum Mobile. Arsinum Fix merupakan unit pengolah air yang dipasang dalam bangunan permanen sehingga tidak dapat dipindahkan, sedangkan Arsinum Mobile dirancang pada sebuah mobil khusus yang dapat melintas di daerah-daerah yang terkena bencana.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved