Headline
Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.
Serangga dapat punah dalam waktu satu abad jika tingkat penurunan mereka terus berlanjut. Kesimpulan itu diambil dari hasil penelitian global terhadap serangga untuk pertama kalinya. Berdasarkan penelitian tersebut sebanyak 41% dari seluruh spesies serangga mengalami penurunan dan hilangnya hewan ini akan memicu ekosistem di planet ini. Dari hasil penelitian para ilmuwan di Sydney University, Australia, tersebut terungkap total massa serangga menurun 2,5% setiap tahun. Klaim itu cukup mengejutkan karena itu mengindikasikan tidak adanya upaya konservasi yang berhasil dan kegagalan filum serangga yang terkenal tahan lama beradaptasi dengan alam.
Padahal, serangga sudah sejak lama dikenal sebagai penyintas yang hebat dari kerajaan hewan, membutuhkan upaya yang hebat untuk membasmi mereka secara permanen. Temuan ini dibangun berdasarkan klaim sebelumnya yang menyatakan bumi telah memasuki masa kepunahan massal berikutnya, kepunahan massal pernah terjadi saat kematian dinosaurus pada 66 juta tahun yang lalu.
Kecepatan sekaratnya serangga (dalam satu abad) diperkirakan delapan kali lebih cepat daripada mamalia, burung, dan reptilia. Populasi serangga menurun drastis, berkurang pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Hal ini mendorong para peneliti untuk mengeluarkan peringatan keras kepada publik untuk meningkatan kesadaran tentang isu konservasi serangga yang sedang terjadi.
Angka-angka menunjukkan sebanyak 53% dari spesies kupu-kupu menurun selama satu dekade terakhir, sedangkan 46% spesies lebah menurun. Kelompok serangga yang mengalami penurunan paling buruk ialah lalat kadis dengan penurunan spesies sebanyak 68%, tetapi capung dan kumbang juga terlihat mengalami penurunan signifikan, yaitu masing-masing sebanyak 37% dan 49%.
Pertanian intensif ditemukan sebagai akar penyebab masalah menurunnya populasi spesies serangga tersebut, tetapi sejumlah masalah lainnya diidentifikasi berkontribusi terhadap genosida serangga, seperti perubahan iklim, urbanisasi, hilangnya habitat, penyakit, dan pengenalan spesies invasif. Dr Andrew Bladon, peneliti di Cambridge University, Inggris, mengatakan ini bukan berarti semua serangga akan mati, melainkan jumlah mereka akan menyusut sedemikian rendah sehingga fungsi ekologi mereka menjadi minimal.
Serangga berperan sangat penting pada seluruh ekosistem karena perannya pada penyerbukan tanaman dan bunga, serta sebagai makanan bagi makhluk lain. Penurunan besar dari spesies serangga akhirnya akan menimbulkan dampak yang besar juga bagi manusia. Laporan terbaru menunjukkan penurunan populasi spesies serangga besar-besaran terjadi di Puerto Riko dan Jerman.
Peneliti Francisco Sanchez-Bayo dari Sydney, Australia, dan Kris Wyckhuys dari Akademi Ilmu Pengetahuan Pertanian, Tiongkok, mengatakan, jika kepunahan spesies serangga tidak dapat dihentikan, akan terjadi bencana pada ekosistem planet dan juga kelangsungan hidup umat manusia. Sanchez-Bayoo mengungkapkan keterkejutannya melihat angka 2,5% tingkat kepunahan tahunan selama 25-30 tahun terakhir. "Ini sangat pesat. Pada waktu 10 tahun kita akan kehilangan seperempat spesies serangga, pada waktu 50 tahun hanya setengah yang tersisa, dan pada waktu 100 tahun kita tidak akan memiliki apa-apa." (Dailymail/L-1/M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved