Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Pelajaran Agama Harus Aplikatif

Syarief Oebaidillah
28/1/2019 09:40
Pelajaran Agama Harus Aplikatif
(MI/ADAM DWI)

PELAJARAN agama yang diberikan di bangku sekolah maupun perguruan tinggi harus aplikatif dan relevan dengan kondisi kekinian. Hal itu ditegaskan pemerhati pendidikan Najeela Shihab, kemarin.

Koordinator Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK) itu mengomentari rencana Kementerian Agama yang ingin merombak kurikulum keagamaan sebagai upaya menanamkan kembali sikap moderat dalam beragama. (Media Indonesia, 26/1)

"Pilih materi yang esensial dan mampu mendorong pemahaman beragama yang utuh dalam jangka panjang," ujarnya, kemarin.

Pendiri Sekolah Cikal ini mengingatkan review kurikulum seharusnya juga menekankan pada akidah yang kuat, pendekatan yang positif, serta memberi ruang murid untuk mencari tahu dengan aktif dan kritis.

"Jangan sampai pendidikan agama sekadar menargetkan nilai ujian atau pengetahuan tanpa mempraktikkan nilai. Sebagai muslim yang hidup di Indonesia yang beragam dan meneladankan akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari yang menjadi rahmat bagi semesta alam," paparnya menyontohkan.

Menurutnya, saat ini materi pendidikan agama Islam di sekolah penuh dengan ritual ibadah dan cenderung banyak pengulangan, sehingga pembahasannya sering kali tidak relevan dengan kehidupan.

Saat ditanyakan seperti apa bentuk kurikulum terbaru itu, Kepala Pusat Informasi dan Humas Kemenag Mastuki tidak menjelaskan secara detail karena semua masih dalam kajian. "Masih butuh masukan dari stakeholders, pemikiran dari agamawan, diskusi dengan banyak kalangan, di samping hasil penelitian Balitbang Kemenag maupun temuan lembaga lain," katanya, kemarin.

Ia melanjutkan, kurikulum pendidikan pada prinsipnya bersifat dinamis. Karenanya sangat terbuka untuk berubah sesuai kebutuhan. Misalnya, berkaitan dengan moderasi beragama maupun perubahan lingkungan strategis, generasi milenial yang lebih aware soal agama hingga revolusi industri 4.0.

Selain materi kurikulum, Kemenag juga akan menyiapkan konten dalam bentuk buku ajar, sumber belajar, dan fasilitas yang mencukupi. Terdapat ribuan lembaga pendidikan madrasah, pesantren, diniah, dan kampus perguruan tinggi keagamaan yang berada di bawah naungan Kemenag. "Ini sangat menantang. Makanya perubahan kurikulum dilakukan secara sistematis."

Modul Isra

Di tingkat guru, upaya parsial dalam menjalankan moderasi beragama sudah lebih dulu dilakukan dengan menyusun Modul Isra (Islam Rahmatan lil Alamin) untuk guru Pendidikan Agama Islam atau PAI yang memuat nilai-nilai moderasi Islam. "Saat ini modul itu terus dijalankan guru PAI yang telah dilatih," ujar Mastuki.

Direktur Madrasah Kemenag Ahmad Umar menambahkan, salah satu persiapan penting dalam kurikulum agama baru dilakukan dengan menyusun buku-buku berbasis moderasi beragama, integrasi keislaman, dan sains.

Dalam melaksanakan moderasi beragama, Najeela mewanti-wanti dua hal penting yang harus diperhatikan. Pertama, ada kaidah yang harus dipatuhi dalam Islam, tetapi ada juga interpretasi muslim atau kitab suci yang bisa menyebabkan perbedaan dalam praktik keberagamaan. Kedua, kewajiban sebagai muslim di Indonesia haruslah menguatkan kondisi bangsa tanpa perlu mempertentangkannya. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya