Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Pangkas Distribusi demi Sejahterakan Petani

Despian Nurhidayat
15/11/2018 08:05
Pangkas Distribusi demi Sejahterakan Petani
(MI/ROMMY PUJIANTO)

PERTANIAN merupakan salah satu sektor usaha vital di Tanah Air. Pasalnya, sektor tersebut bukan sekadar untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional, melainkan juga menentukan kemakmuran bangsa.

Akan tetapi, pada era milenial kini, atensi terhadap sektor tersebut, khususnya dari generasi muda, seolah memudar. Jumlah rumah tangga petani terus berkurang.

Dari catatan Badan Pusat Statistik (BPS), pekerja sektor pertanian dewasa ini kurang lebih 30% dari jumlah penduduk bekerja, atau berkisar 35 juta jiwa. Di masa lampau, persentasenya sempat melebihi 40%. Kemudian, yang lebih merisaukan, dari jumlah petani yang ada tersebut, lebih dari 60% ialah petani generasi tua.

William Setiawan, salah satu dari Founder Tanihub mengamini minimnya partisipasi anak muda dewasa ini pada sektor pertanian. Anak-anak muda kurang meminati sektor usaha tersebut, dan itu dinilainya berbahaya.

William pun berusaha mencari tahu permasalahan yang dimiliki para petani agar ia bisa melakukan sesuatu.

Dari perbincangannya dengan sejumlah petani di berbagai daerah, ia dan rekan-rekannya melihat ada dua permasalahan utama. Pertama, permodalan.

Banyak petani yang tidak punya akses ke bank karena dianggap unbankable. Alhasil, tidak banyak pilihan bagi mereka untuk mencari permodalan selain ke tengkulak atau rentenir yang acap memberi bunga mencekik.

"Permasalahan lainnya, akses ke pasar susah, dalam artian penjualan susah. Selama ini mereka menjual ke orang yang mereka sudah sering jual saja gitu," ungkap pemuda berusia 26 tahun itu.

Di samping dua kendala utama itu, lanjutnya, ada sejumlah problem lain yang dihadapi para petani, seperti produktivitas rendah dan ketiadaan lahan.

Belakangan, William dan rekan-rekannya kemudian membangun sebuah platform yang dinamakan Tanihub. Start-up tersebut diharapkan dapat menjawab permasalahan para petani, khususnya di bidang permodalan dan pemasaran.

Sebagai e-commerce agriculture, Tanihub mencoba menjadi jembatan distribusi dari petani kepada users, pebisnis, atau pengguna Tanihub.

Dengan begitu, panjangnya rantai pasokan yang kerap berdampak pada harga akhir produk dapat terpangkas.

Fokus Jawa
Saat ini Tanihub masih memfokuskan diri pada pertanian di Pulau Jawa, tapi tidak menutup kemungkinan untuk membuka peluang di luar Pulau Jawa.

Untuk memudahkan distribusi, Tanihub mengadakan empat gudang, bertempat masing-masing di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya. Gudang-gudang tersebut digunakan untuk menyimpan hasil panen para petani yang berada di wilayah tersebut.
Dengan adanya gudang ini, bukan berarti para petani tidak bisa mendistribusikan secara langsung kepada para pembeli. Menurut William, gudang ini hanya untuk membantu pendistribusian hasil panen para petani tersebut jika terkendala dengan pemesanan produk mereka yang terlampau jauh dan sulit untuk dijangkau.

Terhitung sejak berdiri pada akhir 2015 sampai sekarang, sudah ada 17 ribu petani individu yang memercayakan produk mereka kepada Tanihub. Sementara itu, kelompok tani yang terlibat sudah mencapai ribuan. Demikian pula para pelanggan yang sudah membeli hasil produk para petani melalui Tanihub. William mengklaim, omzet pendapatan yang didapatkan Tanihub bisa mencapai kisaran Rp10 hingga Rp15 miliar per tahunnya.

Animo yang terbilang tinggi dari para petani itu tidak terlepas dari mekanisme bagi hasil yang diterapkan Tanihub. Skemanya, Tanihub membeli langsung hasil produk dari para petani sebelum kemudian dipasarkan lagi oleh Tanihub. Hal ini pun menjadi salah satu hal yang menyebabkan para petani percaya kepada Tanihub. Jika mereka menjual langsung kepada para pelanggan, mereka bisa dibayar dalam waktu yang lama, bahkan bisa mencapai waktu 40 hari. Tanihub justru akan langsung membayar produk para petani, ini yang membuat para petani bisa percaya kepada Tanihub. Bahkan, petani bisa memperoleh pendapatan 20% lebih tinggi.

"Kenapa banyak petani yang mau jual ke kita, karena kalau jual ke kita itu cepat. Biasanya, kalau mereka panen, kemudian jual ke klien itu dibayarnya bisa setelah 30-40 hari. Bisa enggak makan dong mereka. Jadi, kita kirim uang ke petani dan uang dari klien itu ke kita," lanjut William. (M-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya