Kerjasama Lintas Agama dibutuhkan Untuk Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak
Fetry Wuryasti
15/9/2015 00:00
(ANTARA/Puspa Perwitasari)
Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Prof Din Syamsuddin mengatakan bahwa problem kemanusiaan merupakan titik temu bagi agama-agama untuk berkolaborasi, ujarnya ketika membuka seminar dan lokakarya nasional meningkatkan kesejahteraan dan tumbuh kembang anak di Jakarta , Senin (14/9).
Seminar dan lokakarya ini merupakan kerjasama Multireligious Collaboration for the Common Good (MCC) antara King Abdullah Bin Abdulazis International Centre for Interreligious and Intercultural Dialogue (KAICIID), Religions for Peace (RfP) dan Centre for Dialogue and Cooperation among Civilisations (CDCC).
Din meyambut baik langkah pegiat lintas agama untuk mulai memperhatikan masalah kesejahteraan anak. Ketua CDCC ini memberikan contoh kerjasama yaitu antara RS Muhammadiyah, RS Panti Rapih dan RS Bethesda untuk menanggulangi masalah kesehatan ibu dan anak di Yogyakarta.
Sementara Menteri Sosial Khofidah Indar Parawansa menekankan pentingnya para pemimpin agama dan aktivis interfaith untuk melakukan pengawalan, peningkatan dan percepatan tumbuh kemnbang dan kesejahteraan anak.
“Salah satu akar masalah adalah soal akte kelahiran, dari 81 juta anak Indonesia, 50 juta lebih belum punya akte kelahiran. Kemensos sudah mengajak tujuh kementerian lembaga untuk melakukan proses percepatan akte kelahiran,†ujar Khofifah.
Dia berharap forum ini bisa memberikan rekomendasi efektif kepada pemerintah, para praktisi lapangan dan pemimpin agama.
Sementara Direktur Program CDCC Yayah Khisbiyah menyebutkan bahwa anak-anak dan perempuan merupakan jumlah penduduk miskin terbesaar di Indonesia yang disebabkan oleh kebijakan dan system yang tidak adil.
“Padahal, masa kanak-kanak harusnya ditandai dengan berbagai tahapan tumbuh kembang yang positif, namun kita masih mendapati anak-anak putus sekolah, buruh anak, kenakalan anak dan kekerasan terhadap anak,†ujar Yayah. Ia juga mengharapkan agar kerjasama lintas agama ini dapat menggantikan paradigma yan tidak adil dan diskriminatif terhadap anak dengan paradigma inklusif.
Konsultan KAICIID Wiwin Siti Aminah berharap lokakarya ini bisa menggali lessons learned dan memberikan rekomendasi kepada pemerintah, organisasi masyarakat sipil dan lembaga-lembaga lintas agama untuk memiliki komitmen bersama meningkatkan kesejahteraan dan tumbuh kembang anak. (H-1)