Headline
Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.
MENTERI Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Susana Yembise merasa prihatin dengan angka perceraian di Indonesia yang terus meningkat. Pasalnya, dampak perceraian itu membuat potret keluarga di Indonesia jauh dari kondisi ideal.
Padahal, keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi setiap individu untuk mempersiapkan diri menjadi manusia seutuhnya, sehingga dapat berkontribusi sebagai anggota masyarakat di masa mendatang.
Yohana menyebutkan, angka perceraian di Indonesia saat ini termasuk yang tertinggi di negara-negara Asia Pasifik. Sejak 2009 hingga 2016, kenaikan angka perceraian meningkat 16%-20%.
“Perceraian berdampak pada tumbuh kembang anak. Mereka terluka secara batin, merasa tidak aman, dan seringkali tidak mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang cukup dari orangtua mereka,” ujarnya saat memberikan kuliah umum di Universitas Papua, Manokwari, Papua Barat, Rabu (17/10).
Perceraian juga berkorelasi terhadap tingkat kenakalan remaja serta tingkat kejahatan anak karena kurangnya perhatian keluarga.
Kasus kekerasan juga fakta lain yang menggambarkan betapa keluarga di Indonesia jauh dari ideal.
Maraknya perceraian di Indonesia bukan tanpa sebab. Adanya tren pernikahan anak di bawah umur ikut bertanggung jawab soal itu. Berdasarkan data hasil Penelitian Universitas Indonesia pada 2016, sebanyak 22 ribu perempuan muda di Indonesia berusia 10-14 tahun sudah menikah.
“Angka pernikahan anak di Indonesia tertinggi kedua di ASEAN, “ kata Yohana.
Dalam kesempatan itu, ia ikut mengapresiasi Universitas Papua yang berupaya untuk mencerdaskan para pemuda dan pemudi, dengan menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas.
“Peran pemuda dalam pembangunan sangat penting, baik sebagai tenaga kerja yang produktif dan sebagai agen perubahan,” ungkap Yohana. (Hym/H-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved