Headline
Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.
SEBANYAK 70% penderita kanker payudara baru mencari bantuan medis saat kondisi stadium lanjut. Kurangnya kesadaran dan juga pengetahuan soal deteksi dini kanker menjadi penyebabnya.
Rerie L Moerdijat mengaku dirinya termasuk kelompok yang lalai soal kesehatan payudara. Ia tidak pernah memeriksakan diri hingga sebuah peristiwa di November 2016 lalu menyadarkannya.
“Saya pertama kali terdeteksi kanker payudara di November 2016. Saat itu umur saya 50 tahun,” ujarnya saat acara diskusi kesehatan Let’s Talk About Breast Cancer Awareness di Kantor Media Group, Kedoya, Jakarta Barat, Rabu (17/10). Diskusi itu bagian dari CSR Metro TV dalam rangka Bulan Peduli Kanker Payudara Internasional.
Sel kanker itu terdeteksi saat dirinya melakukan mammogram untuk memeriksakan memar dada kirinya akibat terbentur. Setelah mammogram, diketahui ada kanker di payudara kanannya dan harus segera dioperasi.
Operasi pertama pun dilakukan pada Desember 2016 dan diikuti dengan serangkaian kemoterapi hingga akhirnya kondisinya kembali prima.
“Ketika kita sudah menginjak usia yang sudah seha-rusnya memeriksakan diri, lakukanlah. Kalau hasilnya ternyata mengharuskan kita mengikuti pemeriksaan lebih lanjut, jangan pernah takut,” ujar Deputy Chairman Media Group itu.
Ia juga menyeru kepada mereka yang terdeteksi kanker segera mencari bantuan medis dan menolak penyembuhan alternatif. “Itu enggak ada bukti medisnya. Ikuti saja apa kata dokter dan jangan menghentikan terapi di tengah jalan. Beberapa kawan saya tidak selamat karena tidak mempercayai apa kata dokter,” ungkap ibu empat anak itu.
Apalagi, imbuhnya, saat ini Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sudah memberikan ruang yang sangat luas bagi semua penderita kanker, sehingga masalah finansial tidak bisa jadi alasan lagi.
M Yadi Permana, dokter spesialis bedah onkologi, menegaskan, ketika perempuan sudah mengalami menstruasi, memeriksakan payudara itu menjadi hal yang wajib. Ada dua cara yang dikenal, yaitu Sadari (periksa payudara sendiri) dan Sadanis (periksa payudara secara klinis).
“Tidak ada vaksin yang dapat mencegah kanker payudara,” sebutnya.
Ia menyebutkan sejumlah faktor penyebab kanker payudara, yaitu genetik, hormonal, pemakaian kontrasepsi hormonal (pil, suntik, implan) lebih dari 8 tahun, dan riwayat belum pernah melahirkan atau hamil sebelum umur 35 tahun. (*/H-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved