Headline
Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.
STUNTING atau perawakan pendek pada anak yang disebabkan asupan nutrisi tidak optimal dan berlangsung lama atau kronik. Kondisi tersebut akan berdampak secara permanen tidak hanya pada pertumbuhan anak, juga fungsi kognitif.
Stunting bersifat irreversible atau tidak bisa dikembalikan, tetapi bisa dicegah. Demikian dikatakan Dokter Anak Sub spesialis Nutrisi dan Penyakit Metabolik pada Anak Dr dr Damayanti R Sjarif SpA(K) dalam diskusi media terkait stunting oleh Nutricia, Danone, di Jakarta, Kamis (14/9).
Dokter Damayanti menjelaskan stunting dapat dicegah dengan memantau status gizi anak secara berkala. Itu merupakan cara strategis mendeteksi terjadinya gangguan pertumbuhan pada anak. Pemantauan, tutur Damayanti juga meliputi pengukuran berat badan, lingkar kepala dan tinggi badan pada anak.
Umumnya dilakukan di posyandu. Apabila diketahui berat badannya tidak sesuai dengan grafik pertumbuhan, harus langsung dirujuk ke puskesmas untuk ditangani dokter spesialis anak dan mengetahui penyebabnya. "Tata laksananya melalui perbaikan nutrisi dan stimulasi pertumbuhan sebelum usia dua tahun," ujar Damayanti.
Ia lebih lanjut mengatakan dalam pencegahan malnutrisi pada anak, waktu terbaik ialah menjaga kecukupan nutrisi mulai dari awal kehamilan hingga dua tahun pertama kehidupan anak. Setelah usia itu, penurunan kognitif sudah terjadi, sehingga tidak bisa diperbaiki.
Ditambahkan Damayanti, stunting, tidak hanya mengganggu pertumbuhan anak dari fisik dan kognitif, asupan gizi yang kurang dalam waktu lama juga dapat menurunkan fungsi kekebalan tubuh. Anak jadi rentan terkena penyakit. Selain itu, anak stunting juga berisiko mengalami gangguan metabolik sehingga ketika dewasa bisa menderita penyakit seperti diabetes dan obesitas.
"Stunting dapat berdampak pada produktivitas suatu negara karena sumber daya manusia yang dihasilkan tidak produktif dan sulit bersaing," tegasnya.
Indonesia seperti diketahui, merupakan salah satu negara dengan prevalensi stunting yang cukup tinggi. Berdasarkan data riset kesehatan dasar 2013, 37,2% balita di Indonesia mengalami stunting. (A-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved