Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
SEBAGIAN masyarakat menganggap gejala stroke ditunjukkan dengan kelumpuhan atau menurunnya kesadaran (koma) berkepanjangan. Padahal, ada pula serangan stroke yang memunculkan gejala sesaat, kemudian penderita pulih kembali.
"Gejala stroke biasanya terdeteksi setelah pasien mengalami gangguan, seperti kelumpuhan atau kesadaran menurun setelah 24 jam, tapi pada beberapa kasus terdapat gejala kelumpuhan. Namun, akan membaik dalam 24 jam setelah kejadian," papar dokter spesialis saraf RS Siloam Buton, Sulawesi Tenggara, pada temu media di rumah sakit tersebut, Selasa (4/9).
Meski penderita terlihat bisa beraktivitas normal kembali, sejatinya kejadian itu merupakan alarm yang perlu diwaspadai. Dunia medis menyebut gejala itu sebagai transient ischemic attack (TIA) atau sering disebut sebagai stroke ringan.
TIA merupakan serangan yang terjadi saat pasokan darah ke otak mengalami gangguan sesaat. Serangan ini berlangsung lebih singkat daripada stroke, yaitu selama beberapa menit hingga beberapa jam dan penderita akan pulih dalam waktu satu hari.
"TIA adalah stroke dengan gejala yang menghilang setelah 24 jam. TIA tidak menyebabkan kerusakan permanen pada otak namun merupakan alarm, peringatan serius, terhadap potensi serangan stroke yang tidak boleh diabaikan. Seseorang yang pernah mengalami TIA berisiko lebih tinggi untuk terkena stroke dan serangan jantung di kemudian hari," imbuh La Ode mengingatkan.
Ia menjelaskan, faktor risiko terjadinya TIA, yaitu tekanan darah tinggi, diabetes melitus, dislipidemia, kurang aktivitas fisik, diet tidak sehat, dan stres.
"Sebagai pencegahan kita harus menerapkan metode ‘cerdik’, yaitu cek kesehatan secara berkala, enyahkan asap rokok, rajin beraktivitas fisik, diet sehat dengan kalori seimbang, istirahat yang cukup, dan kelola stres," kata La Ode.
Langkah pencegahan, lanjutnya, sangat penting untuk mencegah stroke yang tercatat sebagai salah satu penyakit penyumbang kecacatan terbesar pascaserangan.
Pada kesempatan sama, Kepala UGD RS Siloam Buton, dr Alsyahrin Manggala, mengatakan unit gawat darurat (UGD) sebuah rumah sakit merupakan ujung tombak penanganan beragam penyakit kritis yang membutuhkan pertolongan segera. Termasuk penyakit yang melibatkan serangan terhadap otak, seperti stroke.
Menurutnya, UGD di RS Siloam Buton rata-rata setiap bulan menangani 6-7 pasien yang mengalami gejala stroke. Baik stroke iskemik yang disebabkan sumbatan pembuluh darah otak maupun stroke hemoragik yang disebabkan pecahnya pembuluh darah.
"Penanganan dominan di UGD RS Siloam Buton ialah penyakit stroke. Setiap bulan terdapat enam hingga tujuh pasien di UGD karena terkena stroke tersebut," ungkapnya.
WHO mencatat pada 2012 di Indonesia terdapat 450 kasus per 100 ribu penduduk di 2012 dengan didominasi laki-laki. RS Siloam Buton mengedepankan layanan untuk penyakit terkait dengan otak, jantung, dan kecelakaan. (RO/H-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved