Headline
Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.
Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.
Isu parkir berkaitan dengan lalu lintas dan ketertiban kota.
KEPALA Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Totok Suprayitno, mengatakan penurunan nilai wajar terjadi. Hal itu seiring dengan kian banyaknya sekolah beralih moda ujian yang semula berbasis kertas berubah menjadi berbasis komputer (UNBK). Pernyataan itu berdasarkan hasil ujian nasional (UN) tingkat sekolah menengah pertama (SMP) dan sederajat yang tahun ini mengalami penurunan.
Nilai rata-rata setiap mata pelajaran UN SMP tahun ini sebesar 51,08. Hasil itu turun 3,17 poin dari tahun lalu yang sebesar 54,25. Nilai rata-rata pada tiap-tiap mata pelajaran (mapel) yang diujikan, yakni bahasa Indonesia sebesar 64,00, bahasa Inggris 49,58, matematika 43,32, dan ilmu pengetahuan alam 47,43.
Dia juga menyatakan dengan ujian berbasis komputer, distorsi, dan kecurangan bisa dihilangkan sehingga tingkat integritas ujian kian tinggi. "Nilainya memang terkoreksi. Tapi hasil UN sekarang bisa diandalkan karena UNBK integritasnya 100%. Berbeda dengan yang dulu-dulu (ujian nasional berbasis kertas dan pensil/UNKP) yang banyak kecurangan," kata Totok dalam jumpa pers di gedung Kemendikbud, Senin (28/5). Totok menyatakan istilah terkoreksi lebih tepat daripada penurunan dalam menggambarkan hasil ujian saat ini karena tingkat integritas yang berbeda antara UNBK dan UNKP.
Masih terkait dengan perubahan moda ujian, dia menilai hal itu berpengaruh cukup besar. Pasalnya, kecurangan bisa ditekan seminimal mungkin dalam UNBK. Dia mencontohkan satu sekolah yang menggelar UNKP tahun lalu dengan indeks integritas UN di bawah 50, mendapat nilai rata-rata UN 70. Ketika sekolah tersebut beralih ke UNBK, nilai rata-ratanya mengalami penurunan atau terkoreksi 28 poin. Dia menyatakan hasil UNBK bisa diandalkan untuk memetakan problem pembelajaran di sekolah. "Kita harapkan dengan terkoreksi ini hasilnya menjadi lebih bisa diandalkan untuk perbaikan-perbaikan proses pembelajaran ke depan."
Kurikulum tidak selesai
Dia juga menengarai turunnya nilai UN jadi pertanda guru tidak menyelesaikan pembelajaran sesuai kurikulum sehingga sebagian materi yang diujikan dalam UN tak mampu dijawab siswa. "Jangan-jangan banyak anak-anak yang tidak diajarkan kurikulum secara lengkap," kata dia di kesempatan yang sama.
Sementara itu, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud Hamid Muhammad menambahkan, inti dari setiap penilaian bukan untuk mengekspose jelek buruknya hasil tapi lebih kepada metode untuk memperbaiki sistem pendidikan.
"Ternyata di sekolah proses pembelajaran tidak seperti yang diharapkan sehingga para guru tidak mengajar apa yang seharusnya diajarkan," ujarnya. Dia menambahkan, perbaikan kompetensi guru wajib dilakukan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved