Headline
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
BAGI sebagian besar masyarakat Indonesia, transplantasi atau donor organ mungkin masih menjadi hal yang tabu atau mengerikan. Padahal, transplantasi yang dilakukan dengan benar dan tepat akan sangat bermanfaat bagi pasien dan tidak membahayakan pendonor.
Salah satu transplantasi yang sudah banyak dilakukan di dunia ialah transplantasi hati. Yakni kegiatan mencangkok hati pada pasien gagal hati akibat sirosis atau kanker hati.
"Ini salah satu transplantasi dengan jumlah terbanyak di dunia. Di beberapa negara, jumlah antreannya yang menunggu donor tinggi. Termasuk Indonesia mungkin meski belum ada data pastinya," ujar Dokter Spesialis Bedah Digestif, Departemen Medik Ilmu Bedah, RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), Toar Lalisang dalam jumpa pers, di gedung A RSCM, Jakarta, Senin (7/5).
Dikatakan Toar, masyarakat tidak perlu ragu menjadi pendonor hati. Karena secara alamiah, hati merupakan organ yang dapat bertumbuh.
Dengan begitu, hati yang sehat akan dapat dengan sendirinya tumbuh kembali hingga mencapai kondisi dan besaran yang sama seperti sebelum diambil sebagian untuk didonorkan.
"Jadi tidak perlu khawatir. Dalam sekitar 3 bulan akan kembali utuh hatinya. Itu yang harus diketahui agar tidak lagi enggan dan ragu untuk mendonor," ujar Toar.
Dikatakan Toar, transplantasi hati dapat menghadirkan kembali peluang hidup yang tinggi bagi pasien sirosis dan kanker hati. Terutama pada anak-anak yang menderita masalah pada hati, baik yang sejak dalam kandungan atau muncul ketika lahir.
"Semua bisa mendonor asal sehat. Mulai dari usia 18 sampai 60 tahun," ujar Toar.
Dikatakan Toar, transplantasi hati di Indonesia telah dapat dilakukan dengan angka keberhasilan tinggi. Di RSCM, transplantasi telah mulai dilakukan sejak 2010. Dengan total sebanyak 47 pasien yang telah menjalani transplantasi.
"Sebanyak 47 pasien itu terdiri dari 6 pasien dewasa dan 41 pasien anak," ujar Toar.
Minimnya pasien dewasa yang menjalani transplantasi bukan karena angka keberhasilan rendah atau resiko yang tinggi. Namun karena umumnya lebih sulit mendapatkan pendonor untuk orang dewasa dibandingkan untuk anak-anak.
Dijelaskan Toar, transplantasi hati bisa dilakulan keluarga atau yang memiliki hubungan darah. Selain untuk mendapatkan kecocokan yang lebih maksimal, hal itu juga untuk mencegah potensi jual beli organ tubuh secara ilegal.
Meski begitu, di beberapa negara lain transplantasi dengan tidak ada hubungan darah atau bukan keluarga tetap dapat dilakukan. Hanya dengan pemeriksaan intensif dan mendetail akan potensi kecocokan antara pasien dan pendonor. (OL-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved