Headline
Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.
Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.
Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.
GERAKAN Sekolah Menyenangkan (GSM) merupakan upaya menciptakan sekolah dapat menjadi rumah kedua bagi siswa di Tanah Air. Aktivitas ini memberikan kebebasan siswa berekpresi dalam kelas yang tidak monoton dijejali oleh guru dalam mata pelajaran tertentu. Sebab itu, guru dalam gerakan ini juga dilatih menjadi guru yang siap menghadapi pembelajaran di era digital.
"GSM terinspirasi manakala saya menempuh kuliah S3 di Monash University Australia. Di negeri kanguru ini sekolah menjadi rumah kedua bagi anak-anak didiknya. Karena itu, sejak 2013 saya merintis GSM dan juga melakukan studi banding kepada guru guru di Australia. Alhamdulillah dalam perkembangannya sudah banyak sekolah menerapkan GSM di Yogyakarta termasuk di Tangerang Selatan bekerja sama dengan Sinar Mas Land," kata pendiri GSM, M Nur Rizal, di sela sela Festival Pendidikan 2018, di kawasan BSD City, Tangsel, Banten, Kamis (3/5).
Acara tersebut dihadiri jajaran Sinar Mas Land, Wakil Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie, Plt Walikota Tangerang Komarudin, serta puluhan siswa dan sekolah yang menyemarakan festival pendidikan tersebut.
Dalam acara ini, GSM menghadirkan tiga sekolah yang menerapkan model GSM yakni SMPN 7 Tangsel, SMPN 20 Tangsel, dan MTs Negeri 5 Pagedangan, Kabupaten Tangerang.
Nur Rizal yang juga dosen Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta menjelaskan prinsip GSM adalah menciptakan budaya sekolah yang positif dengan belajar yang aman dan menyenangkan siswa serta menghubungkan peserta belajar dengan interaksi langsung pada lingkungan tidak tergantung pada teks buku tertentu.
"Terlebih penting kami memerdekakan batin anak anak didik dalam membangun karakter dengan memantik perasaan mereka untuk kreatif bertanya dan menjadi manusia berprestasi," paparnya.
Ia melanjutkan peran guru amat penting agar siswa nyaman di sekolah ibarat rumah kedua. Hemat dia, selama ini terdapat aturan yang membuat guru-guru Indonesia terpasung menjadi tidak kreatif karena terikat oleh aturan administrasi dalam sekolah. Guru tidak dibangun kemerdekaannya dalam bernalar dan tidak diberikan memberikan ruang fleksibiltas saat mengajar.
Guru kita terikat juga oleh aturan pembuatan Rencana Proses Pembelajaran. Belenggu selanjutnya, lanjut dia, ialah Ujian Nasional membatasi ujian hanya pada maple tertentu saja.
"Hemat kami sekolah masa depan adalah memberi kemerdekaan batin dan bernalar. Siswa tidak perlu distandardisasi dengan UN karena batin anak-anak kita tidak bisa diberi standar," pungkasnya.
Rizal, saat ini, telah menerapkan GSM pada puluhan sekolah di Yogyakarta, 13 sekolah di Tangerang, dan Tangsel, serta wilayah lainya di Indonesia.
Dalam kesempatan sama, Frida, guru IPA SMPN 7 Tangsel, yang telah mengikuti pelatihan GSM dan menerapkan metode sekolah menyenangkan mengaku kini siswanya menjadi lebih betah berada di sekolah.
"Saya diberikan pemahaman dan perubahan pola pikir dalam GSM bahwa pembelajaran harus menyenangkan. Dan anak didik kita merupakan manusia yang harus dimanusiakan. Mereka harus dihargai hak-haknya sebagai warga belajar," kata Frida yang sempat berkunjung ke sekolah model GSM di Yogyakarta tahun lalu.
Dalam kesempatan itu, tampak sejumlah siswa SMPN 7 dengan wajah ceria berkreasi membuat karya seni dan hasil karya limbah kebun menjadi lampu.
"Dalam GSM mereka kita beri pelajaran tidak hanya di dalam kelas juga di luar kelas pada lingkungan masyarakat untuk berinteraksi," ungkapnya.
Ia mencontohkan para siswanya di luar kelas bisa belajar pada pekerja sekolah yang mempunyai keahlian tertentu yang mencetak siswa menjadi berkarakter peduli lingkungan dan masyarakat. (OL-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved