Headline

Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.

Sawit Berkelanjutan Dimulai

Dhika Kusuma Winata
24/2/2018 04:46
Sawit Berkelanjutan Dimulai
(ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)

PROGRAM sawit berkelanjutan Good Growth Partnership (GGP) di Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatra Utara, diharapkan bisa menyelaraskan upaya konservasi hutan dan peningkatan ekonomi lokal. Strategi yang dilakukan dalam program yang menyasar masyarakat petani kelapa sawit itu ialah intensifikasi produksi.

Program tersebut diluncur-kan Conservation International (CI) Indonesia dan United Nations Development Prog-ramme (UNDP).

Wakil Presiden CI Indonesia Ketut Sarjana Putra mengatakan Tapanuli Selatan merupakan salah satu daerah yang menyimpan keanekaragaman hayati tertinggi di Sumatra Utara. Namun, deforestasi terjadi akibat perambahan hutan untuk perkebunan sawit. Kelapa sawit menjadi sumber mata pencaha-rian masyarakat setempat yang mampu menggerakkan ekonomi lokal.

"Jalan keluarnya ialah bersama-sama memperbaiki sistem agrikultur masyarakat petani sawit agar kualitas produksinya meningkat. Di saat yang sama, menghentikan perambahan hutan baru sehingga bisa menerapkan pembangunan rendah karbon," kata Ketut seusai lokakarya perdana GGP yang digelar di Kantor Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tapanuli Selatan di Kecamatan Sipirok, Rabu (22/2).

Asisten I Ekonomi dan Pembangunan Pemkab Tapanuli Selatan, Saulian Sabbih, mengatakan tingkat rata-rata produksi sawit para petani masih rendah, yakni hanya 40% dari produksi ideal. Produksi kelapa sawit petani sekitar 10 ribu hingga 13 ribu ton per hektare (ha). Padahal, potensinya 24 ribu ton per ha.

Karena itu, ujarnya, petani didorong untuk memaksimalkan produksi dari lahan yang saat ini digarap, antara lain dengan menerapkan teknologi intensifikasi produksi.

Komitmen pemda

Bupati Tapanuli Selatan Syahrul M Pasaribu menyatakan berkomitmen menghentikan perambahan kawasan hutan. Perkebunan sawit akan dikelola dengan menerapkan prinsip berkelanjutan.

Ia mengakui industri sawit di daerahnya mampu membuka kesempatan kerja dan mengatasi kemiskinan. Luas perkebunan sawit di Tapanuli Selatan tercatat 5.381 ha dengan hasil produksi sawit 55.509 ton per tahun.

"Kami juga ingin menjaga lingkungan dengan baik. Itu bisa dilakukan secara simultan antara meningkatkan ekonomi dan konservasi," ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama Syahrul juga menandatangani Keputusan Bupati No 188.45/92/KTPS/2018 tentang Forum Kelapa Sawit Berkelanjutan Kabupaten Tapanuli Selatan 2018-2020. Melalui surat keputusan tersebut, dibentuk ruang dialog antara berbagai stakeholder melalui forum yang terdiri atas unsur satuan kerja perangkat daerah (SKPD), lembaga swadaya masyarakat, petani, dan perusahaan. Fungsinya antara lain ialah mengidentifikasi tantangan demi mengimplementasikan program.

Forum juga bertujuan sebagai ruang dialog dan koordinasi antara para stakeholder dalam memecahkan persoalan yang kelak muncul dalam mewujudkan konservasi dan perbaikan sistem perkebunan sawit.

Senior Terrestrial Policy Adviser CI Indonesia Iman Santoso menambahkan dalam mewujudkan program sawit berkelanjutan, pihaknya dan pemerintah kabupaten bakal berbagi tugas.

(H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya