Headline
Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.
PULAU-pulau terpecil dan terluar di Indonesia masih mengalami krisis energi listrik. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik di pulau-pulau tersebut, empat mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya menciptakan pembangkit listrik tenaga gelombang laut yang diberi nama Indonesia Tidal Power (Intip).
Keempat mahasiswa ITS itu adalah, Ghufron Fawaid, Muhammad Rifky Abdul Fattah, Pinanggih Rahayu, dan Aniq Jazilatur. Mereka menciptakan itu selain terdorong oleh minimnya ketersediaan listrik di pulau terpencil, juga karena terus meningkatnya kebutuhan listrik setiap tahun.
“Kebutuhan listrik di pulau-pulau terpencil itu ternyata belum seluruhnya terpenuhi. Oleh karena itu, kami mencoba untuk mencari solusinya dengan membuat pembangkit listrik tenaga gelombang laut,” kata Muhammad Rifky Abdul Fattah, kemarin.
Menurutnya, Indonesia memiliki banyak potensi energi yang bisa dimanfaatkan. Ia bersama tiga rekannya dengan didampingi sejumlah dosen pembimbing kemudia berupaya untuk memanfatkan potensi itu.
“Sebagai negara kepulauan, gelombang laut Indonesia memiliki potensi energi yang besar. Energi gelombang laut bisa memegang peran strategis dalam meningkatkan rasio elektrifikasi nasional. Dengan adanya pembangkit tenaga gelombang laut, kebutuhan listrik di pulau terpencil, dae-rah tertinggal, terdepan, dan terluar dapat terpenuhi,” ujar Abdul.
Ghufron Fawaid menambahkan, saat ini pembangkit listrik tenaga ombak, yakni oscilating water column sudah banyak diminati dengan ditempatkan di pesisir. Namun, efisiensinya sangat rendah, karena su-plai udara ke generator tidak berkesinambungan.
“Inovasi kami, memanfaatkan gelombang dan angin dengan sistem katup. Kami manfaatkan udara untuk menggerakkan pembangkit listrik tenaga angin. Hasilnya, tegangan yang dihasilkan Intip meningkat hingga 24% bila dibandingkan dengan teknologi konvensional,” jelas Ghufron. (AB/H-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved