Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
DI penghujung November lalu, gerimis turun di Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat. Pompong (perahu kayu kecil) yang kami tumpangi terus melaju di Sungai Bat Oinan di Dusun Puro, Desa Muara Siberut, Kecamatan Siberut Selatan.
Di kiri kanan sepanjang perjalanan, pemandangan didominasi warna hijau dedaunan. Pada rawa, tanaman sagu tumbuh liar dan subur. Sagu merupakan makanan pokok masyarakat setempat.
Sedikit ke bagian atas, tanaman seperti pisang, keladi, juga tampak rimbun. Nun di kejauhan, warna hijau pekat menunjukkan pepohonan di hutan masih tegak.
Sekira 15 menit berlalu, pompong menepi. Media Indonesia diajak menyaksikan parurukat uma, yakni musyawarah adat di Mentawai. Musyawarah yang diikuti lima suku yang bermukim di wilayah Puro, yakni, Sabulukkungan, Tatebburuk, Satoutou, Saumanuk, dan Samonganrimau, itu menghasilkan mufakat menolak rencana pembukaan hutan tanaman industri (HTI) di Siberut.
Mereka menyerahkan mandat kepada anggota DPR RI, Rieke Diah Pitaloka, dan perwakilan Walhi yang hadir untuk memperjuangkan penolakan izin HTI PT Biomas Andalan Energi (BAE). Mereka menolak beroperasinya PT BAE yang akan membuka usaha kebun kayu kaliandra seluas 19.876,59 hektare di Siberut Tengah dan Siberut Utara. Kayu kaliandra akan dijual menjadi wood pellet untuk energi listrik terbarukan.
Bruno Tatebburuk, salah seorang tetua di Suku Sabulukkungan, menjelaskan alasan penolakan itu ialah kehidupan masyarakat Mentawai sangat bergantung pada hutan. “Sapru leleu sappru engatta (Kalau habis hutan habislah kehidupan kita),” katanya.
Sejatinya, kata dia, hutan bagi orang Mentawai ialah ekosistem. Hutan bukan hanya penyedia segala kebutuhan hidup, tapi juga dipercaya tempat bersemayamnya segala jenis roh, termasuk roh nenek moyang. Bahkan, Ulau Manua (Tuhan) diyakini tinggal di hutan.
Hutan juga menjadi tempat tumbuhnya tanaman obat-obatan. Dengan begitu, sikerei (tabib) bisa menjalankan peran karena ketersediaan obat-obatan di hutan.
Pembukaan HTI otomatis akan mengeksploitasi hutan. Segala yang ada di hutan pasti dihabisi, termasuk tanaman obat tradisional.
Antropolog Reimar Schefold dalam buku Pulau Siberut, mengatakan memuja roh ialah bagian kehidupan orang Mentawai. Semuanya bertumpu pada hutan.
Dengan melihat arti penting hutan bagi praktik-praktik kehidupan adat dan budaya masyarakat Mentawai, Rieke menyatakan hutan sebagai wilayah adat harus dipertahankan. Dia pun menegaskan akan memperjuangkan agar tanah adat Mentawai tidak bergeser, tetap menjadi hak milik rakyat adat di Mentawai. (Yose Hendra/H-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved