Ayam Black Sumatra Nyaris Punah Di Negeri Sendiri

Nurul Hidayah
17/12/2017 15:59
Ayam Black Sumatra Nyaris Punah Di Negeri Sendiri
(MI/Nurul Hidayah)

DIBANDINGKAN dengan ayam hias lainnya, ayam-ayam kecil berwarna kehitaman tersebut tidaklah terlalu menarik. "Ayam ini usianya masih sekitar 2 bulan, warnanya masih seperti ini," ungkap Mustofa Kamal, Ketua Komunitas Unggas Nasional saat pelaksaan Kontes Nasional AyamPelung di alun-alun Ranggajati, Cirebon, Minggu (17/12).

Selain kontes suara ayam pelung di sebelahnya turut ditampilkan pula pameran ayamhias. Ayam hias dari berbagai daerah pun ditampilkan dalam pameran tersebut.

Warna yang tampak kusam tersebut akan berubah saat ayam sudah berusia di atas 4 bulan. "Seperti itu, bulunya menjadi hitam," kata Kamal sambil memperlihatkan dua ekor ayam berbulu hitam legam yang ada di barisan kandang atas.

Bulu yang hitam legam inilah yang menarik perhatian penjajah Belanda. Sehingga pada 1888, ayam tersebut dieksploitasi besar-besaran dan dibawa ke Belanda. "Ayam ini sebenarnya ayam endemik Sumatra, namanya Black sumatra," katanya.

Eksploitasi besar-besaran itu yang akhirnya membuat ayam Black sumatra punah di negeri aslinya sendiri. Setelah melakukan pencarian dan mempelajari sejumlah literatur, akhirnya penggemar ayam hias mengetahui jika asal muasal ayam Black sumatra itu berasal dari Pulau Sumatra.

Sekalipun tidak menghilangkan nama asal usulnya, namun ayam Black sumatra kini sudah diakui oleh Belanda sebagai ayam asli negeri mereka.

Karena prihatin, akhirnya penggemar ayam hias mulai membeli dan mengembangbiakkan ayam jenis ini di dalam negeri. "Saat itu harga sepasang ayam Black sumatra impor mencapai Rp 15 juta," katanya.

Namun, saat ini sudah cukup banyak peternak yang mengembangbiakkan ayam jenis ini. Di Yogyakarta menurut Kamal ada sekitar 5 orang yang mengembangbiakkannya sedangkan di Jakarta ada satu orang. Dengan begitu saat ini populasi ayam Black sumatra sudah mulai banyak di negeri asalnya sendiri.

"Ada sekitar 2 ribuan," kata Kamal. Ayam endemik yang punah di negeri sendiri yang menjadi alasan peternak mengembangkanbiakkan ayam jenis Black sumatra tersebut.

Untuk ayam Black Sumatra 'large', bentuk fisiknya menurut Kamal lebih besar dari ayam lainnya. "Terlihat gagah," kata Kamal. Bulunya pun hitam legam dan bulu bagian belakang panjang menjurai.

Kemungkinan dari penampakan fisik ayam tersebut yang menyebabkan pemerintah kolonial Belanda tertarik dan mengeksploitasi ayam Black sumatra ke negeri mereka.

Saat ini ayam Black sumatra memiliki 3 jenis yang merupakan hasil persilangan dengan ayam jenis lainnya, yaitu White sumatra, Splash sumatra dan Blue sumatra.

Selain ayam Black sumatra, ayam asli Indonesia lainnya yang kini terancam punah yaitu ayam Kokok Balenggek. Ayam ini menurut Kamal mirip dengan Ayam ketawa, yang endemik Sulawesi, namun suaranya lebih merdu.

Peternak ayam di daerah asalnya, Sumatra, menurut Kamal terlalu eksklusif dalam memelihara ayam ini. "Kemungkinan mereka juga ketakutan ayam ini akan punah seperti ayam Black sumatra," kata Kamal.

Namun sikap eksklusif tersebut yang justru membuat keberadaan ayam Kokok balenggek perlahan populasinya terus berkurang.

Ketua penyelenggaran Kontes Nasional Ayam Pelung, Risto Samodra, menjelaskan jika kontes tersebut dimaksudkan untuk melestarikan ayam-ayam asli Indonesia. "Juga untuk menghibur kita semua, menghilangkan stres," katanya.

Selain kontes juga turut digelar pameran ayam hias, sehingga pengunjung bisa melihat beragam ayam hias yang sudah dipelihara dengan tekun oleh pemiliknya. "Dari sini kita bisa tahu, banyak juga ayam hias asli Indonesia yang tidak kalah bagusnya dengan ayam hias dari negara lain," pungkas Risto.(OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Soelistijono
Berita Lainnya