Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Terapi Antiaging bukan sebatas Perawatan Kulit

(*/H-3)
08/11/2017 04:16
Terapi Antiaging bukan sebatas Perawatan Kulit
(thinkstock)

TERAPI antiaging kerap diidentikkan dengan perbaikan penampilan semata, seperti mengatasi keriput dan kekenduran di kulit. Padahal, tujuan dan manfaat terapi tersebut lebih luas, yakni memperbaiki kualitas kehidupan secara keseluruhan. "Sebab, penuaan tidak hanya terjadi pada kulit, tetapi juga pada seluruh organ tubuh," ujar dokter pakar antiaging medicine dan seksologi, Haekal Yassier Anshari, saat dijumpai di DH Clinic, Jakarta, pekan lalu.

Menurut dia, munculnya keriput hanyalah sebagian dari dampak penuaan. Dampak lainnya seperti tubuh menjadi lebih lemah, cepat lelah, massa otot berkurang, massa lemak bertambah, sering nyeri otot, dan gairah seksual berkurang. Selain itu, pada psike timbul gangguan mood, sulit konsentrasi, sulit tidur, mudah tersinggung, dan gairah hidup menurun.

"Orang, terutama perempuan, kadang lebih mencemaskan keriput di kulit. Sementara itu, gejala lain yang sebenarnya tidak kalah penting terabaikan, atau tidak dipahami sebagai dampak penuaan," kata dokter lulusan studi magister antiaging medicine Universitas Udayana, Bali itu. Banyak orang berpendapat penuaan merupakan proses alami yang pasti terjadi dan dampaknya tidak bisa diperbaiki. Namun, tidak demikian menurut prinsip antiaging medicine. Cabang ilmu kedokteran itu memperlakukan proses penuaan seperti penyakit yang dapat dicegah, dihambat, bahkan dikembalikan ke kondisi sebelumnya.

"Tujuannya bukan untuk 'melawan' proses penuaan, melainkan agar kualitas hidup seseorang tetap baik meski usia terus bertambah," kata dokter yang aktif menyosialisasikan konsep antiaging medicine itu. "Prinsipnya, usia kronologis boleh dan pasti bertambah, tetapi usia biologis perlu dipertahankan agar tetap muda. Caranya, dengan terapi antiaging," imbuh dokter yang kerap menjadi pembicara pada berbagai seminar dan program televisi terkait dengan kesehatan itu.

Pengaruh hormon
Haekal menjelaskan terapi antiaging antara lain mencakup penerapan gaya hidup sehat, perawatan estetika untuk memperbaiki penampilan, dan terapi hormon. Mengapa? "Karena seiring dengan bertambahnya usia, beberapa jenis hormon kadarnya menurun dan beberapa lainnya tetap atau meningkat sehingga terjadi ketidakseimbangan hormon. Ketidakseimbangan hormon ini mengganggu berbagai sistem dalam tubuh hingga muncul gejala-gejala penuaan, termasuk keriput di kulit dan menurunnya gairah seksual," paparnya.

Ia mengatakan gaya hidup sehat seperti konsumsi gizi seimbang, tidur cukup, manajemen stres, dan menghindari rokok serta alkohol memang mutlak diperlukan diperlukan. Akan tetapi, itu saja belum cukup. Diperlukan medical check up berkala, termasuk pemeriksaan kadar hormon dalam tubuh, diikuti tindakan terapi yang diperlukan berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut.

"Terapi hormon dilakukan berdasarkan keluhan pasien yang dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan laboratorium. Penggunaannya harus dalam pengawasan dokter untuk mencegah efek samping," terang dokter yang juga host program Ayo Hidup Sehat di salah satu stasiun televisi swasta itu.

Hasil terapi hormon, lanjutnya, akan tecermin dalam penampilan fisik dan kondisi psike. Tubuh lebih bugar, kulit lebih bagus, mood yang lebih baik, dan penyakit-penyakit degeneratif pun bisa diminimalkan. "Penyakit degeneratif juga dipengaruhi hormon, contohnya osteoporosis, muncul karena menurunnya kadar hormon estrogen," ujarnya.

Haekal mengingatkan penuaan umumnya sudah terjadi sejak usia 20-an meski belum menampakkan tanda-tanda mengganggu. Proses itu terus berlanjut, bahkan akan dipercepat oleh polusi, paparan sinar matahari berlebih, dan gaya hidup tak sehat. Keluhan-keluhan gejala penuaan umumnya akan muncul di usia 30-an tahun. "Jadi, sebaiknya, sejak usia 30-an lakukan pemeriksaan kadar hormon," sarannya. (*/H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik