Headline
Disiplin tidak dibangun dengan intimidasi.
PEMANDANGAN menyedihkan terjadi di Kuala Simpur, Rupat Utara, Kabupaten Bengkalis, Riau, akhir bulan lalu. Seekor dugong (Dugong dugon) mati dan terdampar.
Namun, masyarakat sekitar tidak tampak terlalu terkejut melihat mamalia laut yang akrab disebut duyung tersebut. Bangkai dugong itu dipotong-potong dan dagingnya dibagikan untuk dikonsumsi.
Mengonsumsi dugong yang telah mati itu memang tidak melanggar hukum. Meski begitu, kesigapan warga menggambarkan pula perburuan dugong yang masih marak. Dugong juga kerap menjadi by-catch atau tangkapan sampingan.
Marine Species Conservation Assistant WWF Indonesia Sheyka N Fadela menyebut dugong masih diburu untuk daging, tulang, dan air matanya. Perburuan ini jelas melanggar hukum.
Di Indonesia, dugong dilindungi berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya, serta Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan. Sementara itu, dalam Konvensi Perdagangan Internasional untuk Spesies Terancam (CITES), dugong masuk daftar apendiks I yang berarti dugong tidak dapat diperdagangkan dalam bentuk apa pun. Dugong juga terdaftar di dalam Global Red List of IUCN sebagai vulnerable to extinction atau rentan terhadap kepunahan.
WWF Indonesia menjelaskan perburuan yang terus terjadi mengakibatkan populasi dugong di perairan Tanah Air tinggal hitungan jari. Kondisi tersebut jauh berbeda dengan penghitungan dari peneliti senior dari James Cook University, Australia, Helene Marsh, pada era70-an.
Sheyka menyebut saat itu Marsh memperkirakan populasi dugong di Indonesia mencapai 10 ribu individu. Di 1990-an, beliau kembali menduga terjadi penurunan populasi dugong menjadi 1.000 individu saja.
“Dugong atau duyung ialah salah satu dari 35 jenis mamalia laut yang dilindungi secara penuh oleh pemerintah Indonesia akibat populasinya yang semakin hari kian terancam,” tambah Casandra Tania selaku Marine Species Officer WWF Indonesia di Jakarta, Selasa (9/10).
Hal tersebut sangat mengkhawatirkan karena terancamnya keberadaan dugong berarti terancam pula kelestarian ekosistem laut. Sebab, berdasarkan data dari LIPI pada 2017, dugong merupakan flagship species atau spesies kunci dari upaya konservasi padang lamun.
Simbiosis mutualisme antara dugong dan padang lamun terjadi karena saat dugong memakan lamun, sesungguhnya juga berfungsi sebagai pengontrol sebaran lamun.
Kemudian, kotoran yang berasal dari dugong itu sendiri nantinya akan berguna sebagai bahan perkembangan lamun. Dengan begitu, dugong yang juga masih merupakan kerabat evolusi dari gajah itu berperan penting memperlancar siklus nutrien pada habitat lamun.
“Keberlangsungan asosiasi antara dugong dan lamun dapat menjamin keseimbangan ekologis satwa dan tumbuhan yang ada di habitat lamun. Termasuk di antara satwa yang mendapat manfaat dari keberadaan dugong adalah ikan-ikan, seperti baronang dan katamba, yang memang hidup di padang lamun,” jelas Sheyka.
Keberadaan dugong sebagai penyubur padang lamun pun kini kian penting karena rusaknya padang lamun akibat reklamasi dan alih fungsi habitat.
Saat ini diperkirakan, 80% padang lamun di Indonesia berada dalam kondisi tidak sehat.
Kendala konservasi
Untuk menggenjot konservasi dugong, WWF Indonesia bersama dengan Direktorat Keanekaragaman Hayati dan Konservasi Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, dan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor sejak 2006 menjalankan Program Konservasi Dugong dan Lamun di Indonesia (Dugong and Seagrass Conservation Project atau DSCP Indonesia).
“DSCP Indonesia diinisiasi untuk mengumpulkan data dan informasi tentang duyung dan lamun; mendorong pengelolaan masyarakat yang diberdayakan melalui skema insentif dan pengenalan praktik perikanan berkelanjutan,” sambung Casandra.
Langkah yang dilakukan yakni mengadvokasikan upaya konservasi duyung dan lamun dalam kebijakan dan perencanaan nasional dan daerah serta meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat terkait dengan duyung dan lamun.
Beberapa kegiatan DSCP Indonesia meliputi simposium skala nasional untuk mengumpulkan dan memutakhirkan data dan informasi lain yang tersebar di seluruh Indonesia. Survei pendahuluan sudah dilakukan di empat lokasi kerja, yaitu Alor (NTT), Bintan (Kepulauan Riau), Kotawaringin Barat (Kalimantan Tengah), dan Tolitoli (Sulawesi Tengah).
“Kegiatan lain yang dilakukan yakni peningkatan kapasitas masyarakat lokal dan penggiat konservasi melalui lokakarya dan pelatihan serta pendampingan serta pemberdayaan masyarakat di empat lokasi kerja,” tutur Casandra.
Kerja sama
Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) juga terus berupaya melakukan konservasi dugong supaya populasinya tetap terjaga. Salah satunya dengan cara melibatkan perguruan tinggi di berbagai daerah.
“Memang saat ini yang sedang kami lakukan ialah dengan mengajak kerja sama berbagai perguruan tinggi di daerah yang dekat dengan populasi dugong,” tutur Dirjen Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut KKP Andi Rusandi di Jakarta, Kamis (19/10).
Program tersebut nantinya akan mengarah kepada informasi mengenai keberadaan dan bagaimana cara melakukan konservasi oleh masyarakat setempat.
Jika itu sudah terlaksana, diharapkan dugong bisa dijadikan sebagai objek wisata untuk meningkatkan perekonomian warga lokal.
“Namun, jika sudah menjadi objek wisata, semuanya harus ada aturan yang ketat yang bertujuan agar populasi dugong tidak merasa terganggu yang pada akhirnya bisa membahayakan spesies langka itu,” ungkap Andi.
Menurut Andi, populasi dugong di dunia sudahlah sangat mengkhawatirkan sehingga populasi dugong yang juga tersisa di perairan Indonesia haruslah tetap dijaga dengan baik untuk menghindari kepunahan.
“Sebab untuk menjadi dewasa itu dugong membutuhkan waktu 10 tahun. Baru bisa melahirkan itu di umur sekitar tiga sampai lima tahun dan paling hanya melahirkan satu dugong saja. Oleh karena itu, kita harus tetap jaga spesies langka ini,” pungkasnya. (Rio/M-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved