Headline
Disiplin tidak dibangun dengan intimidasi.
HINGGA H-3 fase pemulangan jemaah haji Indonesia gelombang kedua melalui Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA) Madinah, sebanyak 186.705 jemaah haji telah pulang ke Indonesia. Masih ada sekitar 35 ribu jemaah akan dipulangkan ke Indonesia secara bertahap.
Kloter 10 Embarkasi Lombok (LOP 10) akan menjadi rombongan terakhir yang diberangkatkan pada Kamis (5/10).
Adapun jemaah yang wafat berdasarkan laporan dari Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) hingga Selasa (3/10), berjumlah 644 orang. Terdiri dari 10 jemaah wafat di Jeddah, 462 wafat di Mekkah, 83 wafat di Madinah, 21 wafat di Arafah, dan 68 jemaah wafat di Mina.
Sebanyak 25 orang dari jumlah yang wafat adalah jemaah haji khusus. Jumlah jemaah haji Indonesia yang wafat cukup tinggi.
Menanggapi tingginya jemaah Indonesia yang wafat, Penghubung Kesehatan Daker Madinah, dr Nafi'udin Mahfudz SpPD mengatakan bahwa profil jemaah Indonesia adalah kelompok usia lanjut (geriatri).
"Lansia atau geriatri adalah individu berusia 60 tahun ke atas. Pasien geriatri biasanya memiliki beberapa penyakit dan masalah psikososial," kata Nafi di Madinah, Selasa (3/10)
Penyakit yang sudah dibawa di Tanah Air menjadi kambuh saat di Tanah Suci, karena banyaknya aktivitas selama prosesi haji.
"Kelelahan dan dehidrasi memicu penyakit yang sudah dibawa jemaah, kambuh lagi. Terutama penyakit cardio vascular dan pernapasan," jelasnya.
Sebagai contoh infeksi paru pada pasien usia muda biasanya ditandai debgan batuk, demam dan sesak napas. Sementara pada lansia, gejalanya tidak mau makan, mengantuk terus, jatuh dan tidak ada tanda-tanda demam.
Demikian juga pada sakit jantung, gejalanya kadang tidak menunjukkan rasa nyeri. Berbeda dengan serangan jantung yang dialami oleh pasien usia muda, yang ditandai dengan nyeri dada di bagian kiri serta menjalar hingga lengan.
Hal itu kadang tidak disadari oleh jemaah, keluarga jemaah atau orang-orang terdekat di sekitar jemaah, sehingga ketika terjadi serangan jantung atau gangguan pernapasan terlambat diketahui.
Terlebih dipicu dengan cuaca ekstrem selama di Tanah Suci, dan aktivitas fisik ikut memicu kambuhnya penyakit yang dibawa jemaah. Dalam melaksanakan prosesi haji, dibutuhkan kekuatan fisik.
Selain itu masalah psikososial dipicu dimensia, membuat jemaah mengalami gangguan psikologis.
Agar jemaah haji usia lanjut tetap sehat selama melaksanakan ibadah haji, Nafi menyarankan hidup sehat sejak muda.
"Hidup sehat sejak muda akan berdampak pada kualitas hidup saat lansia," sarannya.
Pada bagian lain meskipun pascahaji telah selesai, masih dijumpai jemaah haji sakit. Di Masjid Nabawi sebagai pusat kegiatan ibadah misalnya, setiap hari terdengar suara batuk dari para jemaah bersahut-sahutan.
Suaeni, 65 jemaah asal Tasikmalaya, Jawa Barat mengaku sakit batuk sejak dari Mina.
"Sudah tiga kali saya berobat ke dokter kloter. Obat juga sudah habis, tapi batuk belum juga sembuh," kata Suaeni.
Hal itu diamini Endang, 60 dari Purwokerto, Jawa Tengah. Suaranya hampir habis karena batuk.
"Ini sudah mendingan karena sebelumnya saya tidak bisa bersuara," jelas Endang.
Belum sembuhnya batuk yang diderita para jemaah, menurut Nafi karena para jemaah hidup di lingkungan yang penuh dengan virus flu dan batuk.
"Mereka kumpul di tempat sama. Penularan virus dari jemaah ke jemaah. Ada yang cepat sembuh, ada yang lama. Sesuai dengan kondisi tubuh," pungkasnya. (OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved