Headline

Bansos harus menjadi pilihan terakhir.

Kemenpora Usung Gerakan Pemuda Membaca Kitab Suci

Ghani Nurcahyadi
01/10/2017 11:14
Kemenpora Usung Gerakan Pemuda Membaca Kitab Suci
()

DALAM rangka dukungan program pada rangkaian acara Kirab Pemuda 2017 yang tengah digelorakan Kementerian Pemuda dan Olahraga di 34 titik kabupaten/kota di seluruh Indonesia, Gerakan Pemuda Membaca Kitab Suci (GPMKS) juga digelar. Waktu dan tempat pelaksanaannya juga sama dengan pelaksanaan Kirab Pemuda 2017.

Dengan tujuan memupuk kebinekaan di kalangan pemuda tanpa memandang suku, ras, dan agama yang berbeda, GPMKS mengemban tanggung jawab besar menyatukan pemuda yang berasal dari enam agama di Indonesia untuk membacakan kitab suci masing-masing dalam satu tempat dan waktu yang sama.

"Kegiatan ini adalah langkah awal Kemenpora untuk meningkatkan partisipasi kaum muda dalam kegiatan keagamaan masing-masing. Di saat bersamaan ada momen Kirab Pemuda 2017 di mana para pemuda dari 34 provinsi dengan latar belakang keyakinan agama yang berbeda-beda tengah berkumpul menyuarakan semangat berani bersatu di tengah kebinekaan. Ini menjadi saat yang tepat untuk menumbuhkan semangat saling menghormati di tengah perbedaan keyakinan yang ada," kata Menpora Imam Nahrawi dalam keterangan tertulisnya, Minggu (1/10).

Menpora juga menyebutkan bahwa keberagaman yang dimiliki oleh Indonesia adalah suatu keistimewaan bangsa Indonesia yang harus dijaga dengan baik.

"Keberagaman adalah takdir terbaik yang Tuhan pilihkan bagi bangsa Indonesia, maka perlu mendapatkan perhatian lebih untuk menjadikan perbedaan tersebut sebagai potensi bukan sebagai ancaman, agar kita bisa hidup rukun, harmonis, dan berdampingan," ujar Imam.

Sementara itu, Faisal Abdullah, Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda Kemenpora sebagai unit pelaksana kegiatan ini, mengatakan, melalui GPMKS, sisi harmonis ditanamkan kepada para pemuda agar senantiasa menghormati dan memahami ajaran agama masing-masing.

Menurut data Badan Pusat Statistik 2009-2015, tingkat partisipasi pemuda dalam kegiatan keagamaan tiap tahun makin menurun. Yakni dari 67,18% pada 2009 ke angka 51,72% di 2015. Data tersebut menjadi landasan utama kegiatan GPMKS ini diadakan.

Pelaksana Kegiatan GPMKS, Asisten Deputi Peningkatan Iptek dan Imtak Pemuda Kemenpora, Esa Sukmawijaya, mengungkapkan, data BPS tersebut menjadi landasan utama kegiatan ini.

"Kami sebagai asisten deputi yang menangani peningkatan iman dan takwa pemuda merasa sedih atas data yang dikeluarkan BPS tersebut, tetapi sekaligus menjadi pendorong pemerintah untuk turut andil untuk meningkatkan partisipasi pemuda dalam kegiatan keagamaan," ujar Esa.

Diharapkan, ke depan kegiatan GPMKS dapat dilaksanakan oleh kementerian/lembaga terkait, pemerintah daerah, organisasi keagamaan/kepemudaan seluruh lapisan masyarakat hingga lingkungan keluarga, karena masa depan bangsa ini antara lain ditentukan oleh kesadaran kolektif, termasuk pemuda, terhadap penguatan keyakinan agama masing-masing dalam bingkai NKRI yang senantiasa dijiwai dengan nilai-nilai religius. (OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya