Headline
Bansos harus menjadi pilihan terakhir.
GENERASI milenial akan menjadi aktor utama Indonesia masa kini dan yang akan datang. Dengan jumlah yang cukup besar, mereka akan menjadi pemimpin masa depan, dan menjadi penentu Indonesia sekian tahun yang akan datang. Karena itu, kebijakan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah saat ini semestinya harus memahami karakter generasi milenial tersebut.
"Dengan memahami karakter generasi milenial, maka tentu kebijakan pembangunan akan lebih efektif dan berhasil,” kata Hasanuddin Ali, CEO Alvara Research, saat peluncuran buku 'Millennial Nusantara', melalui keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (27/9).
Menurut Hasanuddin, generasi milenial memiliki tiga karakteristik utama yakni connected, creative, dan confidence (3c). Connected atau koneksi karena mereka ialah pribadi yang pandai bersosialisasi terutama dalam komunitasnya. Mereka juga aktif berselancar di media sosial dan internet.
"Generasi milenial sangat aktif menggunakan medsos. Rata-rata setiap lima menit sekali mereka menengok internet atau telepon selulernya, ada pesan masuk atau tidak ada. Jadi sudah kecanduan internet," tambah Hasanuddin.
Karakteristik kedua adalah kreatif (creative), yang mana generasi milenial merupakan orang-orang yang berpikir out of the box, kaya akan ide dan gagasan, serta mampu mengomunikasikan ide dan gagasan mereka dengan baik. Mereka boleh dikatakan sebagai generasi kreatif. Sebagai bukti, saat ini industri kreatif yang dimotori anak-anak muda berkembang pesat.
Karakteristik ketiga ialah kepercayaan diri (confidence), yang mana generasi milenial ialah orang-orang yang sangat percaya diri, berani mengemukakan pendapat, dan tidak sungkan berdebat melalui medsos.
Diakui Hasanuddin, ketiga karakteristik tersebut sangat berpengaruh pada perilaku mereka sehari-hari. Misalnya, mereka lebih percaya pada informasi yang sifatnya interaktif, lebih memilih ponsel ketimbang menonton televisi, dan cenderung tidak loyal terhadap tempat bekerja.
Bagi dunia bisnis dan ekonomi, kehadiran generasi milenial harus disambut positif. Kegemaran mereka terhadap internet dan medsos merupakan potensi bisnis yang harus dimanfaatkan dengan baik.
"Pola konsumsi berbasis internet harus diantisipasi oleh perusahaan, termasuk tumbuhnya kelas menengah yang memang memiliki kegemaran berbelanja, traveling, dan kegiatan lainnya," jelasnya.
Termasuk juga bagi para politisi, di mana 2018 dan 2019 akan menjadi tahun politik di Indonesia. Dengan memahami generasi milenial, maka para politisi bisa membaca tren politik yang diinginkan generasi tersebut.
Buku yang terdiri atas 6 bagian tersebut diakui Junaidi, Assisten Deputi Wawasan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga, sangat penting untuk dibaca dan dipahami oleh mereka yang berkecimpung dalam kegiatan pembangunan. Sebab, melalui buku ini, pembaca akan dibukakan mata dan pengetahuannya tentang bagaimana, siapa, dan apa generasi milenial.
"Membangun, membuat kebijakan tentu harus paham sasarannya, dan buku ini memberikan informasi lengkap," katanya.
Senada juga dikatakan Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah. Ia mengaku menggunakan hasil riset dari Alvara ini untuk menyusun kebijakan pembangunan di kotanya.
Buku 'Millennial Nusantara' yang ditulis bersama Lilik Purwandi, peneliti senior Alvara, terdiri atas 6 bagian. Bagian pertama membahas demografi milenial Indonesia, bagian kedua penggunaan internet di kalangan generasi milenial, bagian ketiga memotret karakter mereka, bagian keempat membahas sisi keuangan generasi itu, kemudian bagian kelima terkait sikap politik dan bagian keenam memotret sisi religius generasi milenial. (RO/OL-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved