Headline
Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.
PENGGUNAAN kantong plastik di Indonesia menjadi hal yang biasa dilihat di keseharian. Harga yang murah, mudah didapat, dan praktis ialah alasan utama di balik tingginya angka penggunaan kantong plastik.
Tak mengherankan jika Indonesia menjadi salah satu negara penyumbang sampah plastik terbesar di dunia.
Padahal, sampah jenis plastik sangat berbahaya bagi kesehatan dan secara langsung berdampak buruk bagi lingkungan.
Melati dan Isabel Wijsen, dua gadis asal Pulau Bali, berusaha mengurangi penggunaan kantong plastik. Mereka mendirikan organisasi ramah lingkungan yang diberi nama Bye Bye Plastic Bags.
Kakak beradik pasangan Eko Riyanto dan Elvira Wijsen itu berhasil meyakinkan pemerintah Bali untuk melarang penggunaan kantong plastik.
Gerakan yang berjalan sejak 2013 itu sudah mendunia, bahkan menjadi contoh bagi anak-anak muda di belahan dunia lain supaya mau peduli terhadap isu-isu pelestarian lingkungan.
Dalam menjalankan kegiatannya, Bye Bye Plastic Bags berpegang pada empat pilar. Keempat pilar itu pendidikan, one island one voice, Pilot village, dan global.
Keempat pilar itulah yang menjadikan kampanye organisasi Melati dan Isabel bisa terdengar oleh banyak orang baik itu di banyak tempat maupun dunia internasional.
"Keempat pilar yang kita selalu pegang ialah edukasi, desa percontohan, one island one voice, serta global," jelas Isabel.
Terkait dengan pilar satu, edukasi, Isabel selalu mengingatkan dan tak lelah mengajarkan kepada masyarakat tentang bahaya sampah plastik bagi lingkungan.
Sementara itu, pada pilar tiga desa percontohan, Bye Bye Plastic Bags menjadikan beberapa desa di Bali sebagai tempat pilot project sehingga desa lain mau mengikuti.
"Sedangkan one island one voice ialah gerakan kita untuk mendatangi tempat-tempat yang sudah tidak lagi menggunakan plastik dan kita akan menempelkan stiker yang menjelaskan bahwa tempat ini sudah tidak lagi menggunakan plastik. Sedangkan global itu untuk menjelaskan kepada masyarakat bahwa kegiatan ini sekarang juga sudah diikuti oleh 15 negara lainnya di dunia," papar Melati.
Perhatian
Apa yang sudah dilakukan keduanya pun banyak mendapat apresiasi serta pujian dari berbagai pihak.
Terlebih gerakan yang dua anak muda lakukan ini berpusat di Bali, tempat banyak wisatawan dari berbagai lapisan dunia karena telah menjadi salah satu pusat pariwisata internasional.
"Kegiatan mereka ini sangatlah berarti bagi dunia karena mereka tinggal di pulau yang merupakan salah satu tujuan wisata paling populer, bisa lebih dari 25 juta wisatawan yang datang ke Bali sehingga kegiatan mereka menolak adanya kantong plastik di rumah-rumah dan tempat wisata tentu akan sangat berdampak bagi lingkungan," ujar Cofounder Green School Bali, Chyntia Hardy.
Dalam aksinya untuk mengurangi kantong plastik, Melati dan Isabel dengan semangat mendatangi dan memberikan kantong plastik alternatif berbahan ramah lingkungan kepada masyarakat.
Selain itu, mereka aktif untuk mengumpulkan sampah-sampah di pantai.
Dengan segala tindakan yang sudah dilakukan selama beberapa tahun ini, mereka berharap bisa menjadi inspirasi bagi orang lain serta generasi muda saat ini untuk mau memulai melakukan hal-hal yang positif bagi lingkungan yang lebih baik di masa depan.
(M-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved