Headline

RI-AS membuat protokol keamanan data lintas negara.

Fokus

F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.

Sastra Menjaga Kebinekaan Indonesia

(Bay/H-3)
20/7/2017 06:00
Sastra Menjaga Kebinekaan Indonesia
(MI/PANCA SYURKANI)

SASTRA dinilai berperan penting dalam menjaga kebinekaan Indonesia. Selain itu, sastra bisa menjadi sarana untuk pendidikan karakter anak. Karena itu, sastra harus terus dijaga dan dikembangkan. “Berkah keberagaman dan kebinekaan kita mari kita jaga bersama melalui karya sastra Indonesia dari berbagai daerah. Dengan pengenalan dan pemahaman bersama maka sastra menjadi perajut kebangsaan kita,” kata Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Dadang Sunendar, pada pembukaan Musyawarah Nasional Sastrawan Indonesia (Munsi) II di Jakarta, Selasa (18/7).

Pada kesempatan itu ia membacakan sambutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy. Dalam sambutan tersebut Mendikbud berharap para tokoh sastrawan dan pujangga yang hadir pada acara itu dapat merumuskan pemikiran dan rekomendasi pemanfaat-an sastra untuk pendidikan karakter anak-anak bangsa. Selain itu, Mendikbud berharap agar karya sastra Tanah Air lebih dikenal masyarakat luas. Upaya untuk itu bisa dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informasi yang makin berkembang.
Pada kesempatan tersebut Dadang menjelaskan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa merupakan salah satu lembaga pemerintah yang peduli pada kehidupan dan pengembangan sastra Indonesia. Gelaran Munsi merupakan kegiatan yang ­diselenggarakan badan tersebut sebagai sarana bagi sastrawan untuk bertemu dan bertukar pikiran tentang kesusastraan. Munsi pertama kali digelar pada 2016.

Pada Munsi II pihaknya memilih tema Sastra sebagai penjaga kebinekaan. Pihaknya memilih tema itu untuk mengingatkan seluruh komponen bangsa Indonesia bahwa melalui sastra masih dapat dirajut kebersamaan tanpa saling menafikan. “Keberagaman budaya, bahasa, dan sastra Indonesia adalah modal bersama sebagai bangsa, bukan sebagai pemisah. Saat ini, sebagai bangsa kita tengah diuji dalam hal penghargaan pada perbedaan dan ­keberagaman tersebut,“ ujar Dadang. Ia yakin keberagaman Indonesia yang terwujud dalam banyaknya suku, adat istiadat, agama, dan bahasa dapat disatukan melalui sastra. Dalam kesempatan itu, budayawan kondang Sutardji Calzoum Bachri tampil membacakan puisi singkat berjudul Wahai Pemuda Mana Telurmu. Puisi itu menantang sekaligus memacu kaum muda agar terus berkarya. (Bay/H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya