Kampanye dari Cendera Mata

SAAT bergiat mengajarkan keberagaman dan budi pekerti, Eva mengaku menggunakan dana swadaya. Awalnya dirinya menggalang dana dari berbagai pihak, namun ternyata sulit, dan akhirnya menggunakan berswadaya. "Ketika saya meminta dana itu sama seperti menyatakan cinta dimana kita harus berani malu. Hasilnya 50:50, antara diterima atau ditolak, kebanyakan ditolak. Akhirnya saya ubah konsepnya dimana saya tidak mau meminta-minta karena saya bukan peminta," ungkapnya. Dana swadaya yang dia gunakan, berasal dari hasil jualan pernak-pernik yang dibuatnya sendiri.

Kaus, pin dan lain-lain dia buat sendiri dan dijual dengan harga terjangkau. "Karena saya di sastra jadi kekuatan saya di bahasa. Jadi saya campur-campur, misalnya untuk menyampaikan pesan (melalui pin/kaus yang dijual), saya nyeleneh-nyeleneh dalam bahasa asing dan itu lucu-lucuan, bisa dalam bahasa Inggris, bahasa Belanda, bahasa Perancis," imbuhnya.

Bhinne Art
Dalam waktu dekat ini, Eva dan teman-temannya juga akan membuat semacam festival yang bernama Bhinne Art yang akan diselenggarakan di car free day Jakarta akhir Juli mendatang. Festival tersebut nantinya menjadi media dalam mengajarkan keberagaman kepada anak-anak. Metodenya, pameran gambar yang bertemakan keberagaman karya anak-anak. Selain itu, juga akan ada deklarasi, sebar buku, dan marching band.