Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
SEBAGAI negara yang aktif dan memiliki kekuatan besar di Perang Dunia II (1939-1945), Jerman juga memiliki banyak fasilitas militer untuk bertempur dan bertahan. Salah satu fasilitas itu ialah bungker yang memiliki dua fungsi.
Bungker yang sedang dibahas berada di Hamburg, salah satu kota yang berada di utara Jerman. Bungker itu berfungsi sebagai simbol perlindungan. Bukan lagi perlindungan perang, melainkan perlindungan terhadap kebutuhan energi listrik dan panas hingga 3.000 rumah di sekitarnya.
Berdiri megah dengan tinggi lebih dari 30 meter, bangunan yang sekarang diberi nama energie bunker tersebut mengalami modifikasi struktur di dalam dan di bagian luar.
Saat ini, dua tangki berkapasitas 2 juta liter air berada di dalam bangunan dengan tebal tembok hingga 4 meter tersebut. Di bagian atas hingga selatan gedung, instalasi panel tenaga surya (photovoltaic) mengubah tampilan luar dari bungker.
Sekarang, bungker tersebut dijadikan simbol atas kesungguhan Hamburg dalam menerjemahkan komitmen pemerintah Jerman menuju target 90% energi terbarukan di 2050. Energie bunker menyumbang 6,5 Mw hingga 12 Mw di musim dingin yang memerlukan tambahan tenaga dari biogas hingga 20%.
"Tadinya bangunan ini mau diruntuhkan semua. Akan tetapi, karena dia sangat kukuh, dibiarkan pemerintah kota," ucap perwakilan Hamburg Energie Erick Maass saat dijumpai Media Indonesia dalam forum Green Economy-Peluang dan Tantangan Transisi Energi, di Hamburg, Jerman, Senin (19/6) waktu setempat.
Renovasi
Bahkan, lanjut dia, selama 70 tahun sejak perang berakhir, bangunan tersebut didiamkan tidak diurus dan tidak dirawat hingga menjadi liar. Puncaknya, dana sebesar 29 miliar digelontorkan pemerintah setempat pada 2010. Dana itu digunakan untuk merenovasi bangunan setidaknya selama tiga tahun hingga rampung pada 2013. <>Energie bunker saat ini juga menjadi tempat wisata karena memiliki kafe di lantai 8.
Pengunjung bisa melihat pemandangan kota dan pelabuhan Hamburg dari lantai yang tadinya berisikan banyak senjata untuk menjatuhkan pesawat musuh tersebut. "Listrik di sini kami jual dengan harga normal kepada masyarakat, investasi itu kira-kira balik modal dalam waktu 20 tahun," imbuh dia.
Memajukan konsep energi terbarukan terutama dari sektor matahari, angin, dan biogas menjadi perhatian utama dari pemerintah Jerman.
Niatan tersebut dimulai ketika tragedi Chernobyl pada 1986. "Kami sadar kalau memang nuklir itu berbahaya, makanya kami berniat menghentikan semua raktor kami," ucap Kepala Unit Departemen Kebijakan Iklim, Transisi Energi, Inovasi, dan Sumber Daya Terbarukan Schleswig-Holstein.
Menurut rencana, Jerman akan bebas dari reaktor nuklir pada 2022. Meskipun demikian, hilangnya sumber lapangan pekerjaan tidak menjadi hal yang dikhawatirkan.
Hal itu disebabkan energi terbarukan justru menghasilkan lapangan pekerjaan lebih besar ketimbang reaktor nuklir. "Jika nuklir bisa menghasilkan 3.000 pekerja, energi terbarukan bisa menghasilkan hingga sebanyak 4.000 pekerja," terang dia. (H-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved