Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Tingkatkan Literasi, Guru Diminta Kreatif Menulis Buku

Syarief Oebaidillah
22/5/2017 20:10
Tingkatkan Literasi, Guru Diminta Kreatif Menulis Buku
(Dok. MI)

KAMPANYE gerakan literasi nasional menyasar seluruh lapisan masyarakat dan dunia pendidikan tidak terkecuali para guru. Untuk itu, program Satu Guru Satu Buku atau disingkat 'Sagusabu' yang diluncurkan sejak akhir 2016 menjadi penting dan strategis.

Melalui kegiatan ini, guru didorong berbagi pengalaman dan ilmu melalui karya berupa buku. Sagusabu digagas di Kota Pahlawan Surabaya, Jawa Timur, oleh MediaGuru, dan program ini mampu mencetak ratusan penulis baru dari kalangan guru di berbagai daerah.

"Keberhasilan program ini berkat dukungan penuh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dan peluncurannya disaksikan Dirjen GTK bersama jajarannya," kata M Ihsan, penggagas program Sagusabu di Jakarta, Senin (22/5).

Mantan Sekjen Ikatan Guru Indonesia (IGI) itu juga mengungkapkan, karya peserta Sagusabu telah dipamerkan pada Pekan Pendidikan yang diselenggarakan Kemendikbud pada Jumat (19/5) di Lippo Mall Puri Kembangan Jakarta.

Hingga Mei ini, ungkap Ihsan, program Sagusabu telah menerbitkan 231 buku. Yang istimewa, karya para guru tersebut dipamerkan pula di pusat perbelanjaan atau mal.

Sekretaris Direktorat Jenderal GTK Kemendikbud, Nurjaman, mengakui program Sagusabu merupakan bagaian dari program gerakan guru dan Widiaiswarah menulis.

"Tahun ini diharapakan tercipta 3.000 judul buku karya guru dan Widyaiswara," kata Nurjaman kepada Media Indonesia, di Jakarta, Selasa.

Ia menegaskan tujuan gerakan tersebut untuk membangun kebiasaan menulis di kalangan guru dan Widyaiswara sebagai bagian dari program Gerakan Literasi Nasional (GLN) yang dicanangkan pemerintah melalui Kemendikbud.

"Jadi, semua guru diharapkan dapat menuangkan ide dan pemikirannya ke dalam buku, sehingga dapat memperkaya sumber bacaan bagi masyarakat luas dalam upaya membangun kebiasaan membaca untuk meningkatkan kualitas hidup generasi muda dan bangsa kita," tukasnya.

M Ihsan menambahkan, gagasan awal program tersebut bermula dari keprihatinan atas rendahnya budaya literasi menulis di kalangan pendidik. Melalui kelas-kelas menulis yang digelar MediaGuru, terang dia, para peserta dibekali pengetahuan dan teknik seputar dunia kepenulisan.

Sementara itu, Istiqomah Almaky, guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Batu, Malang, mengaku, mengikuti program ini menjadi lebih terinspirasi dalam menulis. Ia kini tengah menyelesaikan buku tentang parenting yang mengulas pentingnya peran ibu di era digital.

Pasalnya, kata dia, banyak kalangan orangtua tidak mengetahui masalah anak di era digital dewasa ini.

"Saya menulis buku parenting ini karena penilaian orangtua juga guru terhadap anak anak zaman sekarang sebagai pemalas, kurang kreatif, kurang menghormati orangtua . Di sisi lain, tak banyak di antara mereka yang tahu atau berusaha untuk tahu dan memahami bahwa anak sekarang berbeda. Mereka lahir di era digital sebagai generasi digital native," katanya. (OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya