Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Mengoreksi Bengkok Punggung

Eni Kartinah
30/12/2015 00:00
Mengoreksi Bengkok Punggung
(THINKSTOCK)
SKOLIOSIS merupakan kelainan yang ditunjukkan dengan lengkung abnormal pada tulang punggung. Tulang punggung terlihat membengkok ke kanan atau ke kiri. Ada pula kasus yang bengkok seperti huruf S. Kelainan itu perlu ditangani sejak dini agar tidak menimbulkan komplikasi merugikan.

"Skoliosis yang dibiarkan bisa bertambah parah, lengkungan tulang punggung bisa makin dalam," ujar dokter spesialis ortopedi dari MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, Jakarta, S Dohar A L Tobing, pada diskusi media di rumah sakit (RS) tersebut awal bulan ini.

Dokter konsultan tulang belakang itu menjelaskan jika lengkungan tersebut terjadi di bagian atas, bisa berdampak pada paru-paru. Paru-paru jadi menyempit sehingga menimbulkan sesak napas. Skoliosis juga menimbulkan nyeri pinggang dan punggung kronis (menahun) karena otot-otot di sekitar punggung dan pinggang tidak simetris.

"Lengkungan abnormal itu membuat ada sisi otot yang teregang terus menerus, sementara otot di sisi sebaliknya memendek atau berkontraksi terus-menerus. Akibatnya, timbul nyeri," papar Dohar.

Lebih lanjut ia menjelaskan, penanganan skoliosis dilakukan sesuai derajat kelengkungan tulang punggung yang dilihat berdasarkan pemeriksaan radiologi. Skoliosis yang kelengkungannya kurang dari 45 derajat umumnya diterapi dengan brace, semacam jaket ketat yang dirancang untuk mengarahkan tulang punggung kembali ke bentuk normal. jaket itu harus dipakai secara rutin, juga dengan fisioterapi.

"Pemakaian brace bisa memulihkan skoliosis yang masih ringan. Namun, ada juga kasus yang tidak bisa ditangani dengan brace. Kelengkungannya tetap bertambah meski sudah memakai brace. Untuk kasus yang demikian, penanganan harus dilakukan dengan operasi."

Prosedur operasi, lanjut Dohar, umumnya diterapkan pada skoliosis yang derajat kelengkungannya lebih dari 45 derajat. Prosedurnya, punggung dibedah lalu pada tulang belakang yang membengkok dipasang pen-pen dan sekrup yang terbuat dari titanium. Pemasangan pen dan sekrup itu untuk mengembalikan postur tulang punggung senormal mungkin. "Pelat-pelat dan sekrup-sekrup itu dipasang permanen. Bahan-bahannya aman untuk tubuh," imbuh Dohar.

Deteksi mudah
Terkait dengan penyebabnya, Dohar menjelaskan sebagian besar skoliosis tergolong idiopatik alias tidak diketahui pasti penyebabnya. Menurut Dohar, kebiasaan duduk miring maupun terlalu sering membawa tas atau beban berat di sisi tubuh ternyata tidak terbukti menyebabkan kelainan tersebut.

"Diyakini, faktor genetiklah yang membuat seseorang mengalami skoliosis. Faktor genetik juga menentukan parah tidaknya kelengkungan yang terjadi. Ada skoliosis yang lengkungannya ringan, tapi ada kasus yang progresif, terus bertambah parah meski sudah memakai brace," terang Dohar lagi.

Ia menambahkan, skoliosis umumnya baru terdeteksi pada usia anak-anak menjelang remaja pada usia 10-16 tahun. Hal itu terkait dengan masa pubertas yang memicu pertumbuhan tinggi badan cepat pada anak-anak. "Ketika bertambah tinggi, baru kelihatan punggungnya bengkok ke samping."

Namun, tidak semua kasus skoliosis terlihat jelas. Untuk itu, orang tua perlu waspada. Sebaiknya, mereka melakukan deteksi dini pada anak-anak. "Caranya mudah saja, minta anak melepas baju dan membungkuk, lalu lihat dari arah belakang. Apakah punggung kiri dan kanan sama tinggi? Kalau salah satunya lebih rendah, kemungkinan skoliosis," terang Dohar.

Langkah tambahan bisa dilakukan dengan melihat postur anak. Minta anak melepas baju dan berdiri tegak. Perhatikan posisi lengan dari belakang, apakah ada celah antara salah satu lengan dengan tubuhnya? Jika iya, kemungkinan si anak mengalami skoliosis.

"Langkah deteksi ini sederhana dan mudah dilakukan. Di negara-negara maju umumnya para guru sudah melakukannya untuk mendeteksi dini skoliosis pada anak-anak didik mereka."

Jika anak terdeteksi mengalami kelainan itu, lanjut Dohar, sebaiknya segera periksakan lebih lanjut ke dokter ortopedi. Dengan demikian, penanganan bisa dilakukan sedini mungkin.

Jika memang diperlukan operasi, menurut Dohar, dokter akan tetap mempertimbangkan pertumbuhan tubuh si anak. Pada prinsipnya, operasi mengoreksi tulang punggung yang mengalami skoliosis tidak boleh menghambat pertumbuhan anak.

"Jadi, karena logam-logam pen titanium yang dipasang tidak bisa bertambah panjang mengiringi pertumbuhan tulang si anak, operasi dilakukan berulang, disesuaikan dengan pertumbuhan anak," jelas Dohar.

Ia pernah melakukan operasi berulang itu untuk menangani kasus skoliosis yang progresif pada pasien anak. Operasi dilakukan enam bulan sekali. Pada operasi itu, pemasangan pen dilakukan sedemikian rupa agar tulang punggung tetap bisa tumbuh. Ketika usia anak bertambah dan grafik pertumbuhannya sudah melandai, artinya pertumbuhannya sudah mendekati tahap akhir, barulah pen-pen tersebut 'dikunci'.

"Dengan penanganan yang baik, skoliosis tidak akan mengganggu penampilan seseorang dan menimbulkan gangguan kesehatan lain," pungkas Dohar.(H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik