Headline

Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.

Aleta Baun Ajak Ingat Leluhur

Putri Rosmalia Octaviyani
14/10/2016 07:30
Aleta Baun  Ajak Ingat Leluhur
(MI/PUTRI ROSMALIA)

PENGALAMAN panjang dalam memperjuangkan hak dan keselamatan masyarakat adat membuat Aleta Baun, 50, aktivis sekaligus Ketua Adat Desa Mollo, Nusa Tenggara Timur (NTT), berharap semua orang, terutama pemuda, tidak pernah melupakan leluhur mereka. Perempuan yang akrab disapa Mama Aleta itu mengatakan, dengan mengingat leluhur, adat, serta budaya bernilai positif yang diajarkannya, seseorang tidak akan mampu untuk berbuat hal negatif. Itu terutama yang merugikan alam dan sesama manusia. "Saya hidup sejak lahir jadi anak adat.

Saya melihat bagaimana kerusakan akibat modernisasi yang sangat merugikan manusia dan alam yang ada di sekitarnya," ungkap Aleta, dalam rangkaian acara World Culture Forum (WCF), di Nusa Dua, Bali, Rabu (12/10). Aleta mengatakan dirinya bisa mengingat dengan jelas perjuangan yang harus ia lakukan untuk membuat desa dan hutan adat di Mollo dapat kembali bebas dari perusakan akibat tambang.

Kesulitan yang ia hadapi tersebut membuatnya berharap agar tidak perlu terjadi hal yang sama pada orang lain. Hal itu hanya dapat dihindari dengan upaya menjaga dan melestarikan alam sejak dini. "Leluhur kami mengajarkan untuk memperlakukan alam seperti memperlakukan tubuh kami. Begitu pula pasti yang lain. Untuk itu, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak memperlakukan alam dengan baik," ungkapnya.

Lari ke hutan
Ibu tiga anak tersebut menceritakan, dalam upayanya merebut lahan adat yang dikuasai perusahaan, ia harus melewati perjuangan panjang, mulai 1999 hingga 2012, atau sekitar 13 tahun lamanya. Selama masa itu ia mengalami berbagai kondisi buruk.

"Saya sempat harus mengasingkan diri ke hutan selama enam bulan sebagai upaya pencegahan orang-orang menemukan saya karena diancam akan dibunuh. Namun, saya lahir dan tinggal di kampung dan sejak kecil. Saya bermain dengan batu, kayu, sungai, dan kali. Ketika sumber daya alam rusak, saya merasa rugi dan membuat saya selalu semangat untuk berjuang," ungkap Aleta.

Saat ini, di tengah semakin besarnya dukungan terhadap pelestarian alam. Dia berharap lebih banyak masyarakat yang juga mau berusaha berjuang dalam memelihara apa yang dimiliki di lingkungan sekitar tempat tinggal. "Dulu waktu saya berjuang di desa saya, perempuan itu sama sekali tidak punya hak bicara. Jadi, berjuang menjadi hal yang sangat mengagetkan dan ditentang banyak pihak," ungkap Aleta.

Saat ini, dirinya tengah sibuk dalam upaya pengembangan ekonomi yang berkelanjutan di NTT. Diharapkannya, kelak masyarakat dapat hidup dari apa yang mereka hasilkan, bukan alam. Dengan demikian, secara perlahan kerusakan dapat dipulihkan. "Saya senang bisa membagikan pesan untuk selalu berjuang dan menjaga lingkungan. Salah satunya melalui kegiatan diskusi dan dialog dengan banyak kalangan. Indonesia memiliki banyak kekayaan alam dan tradisi yang sesungguhnya mengajak kita untuk selalu dekat dengan alam yang harus terus dilestarikan," tutup Aleta. (H-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya