Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Teror Banal sang Boogeyman

AT/M-2
21/10/2018 00:00
Teror Banal sang Boogeyman
(Dok.)

SOSOK pembunuh sadis bertopeng, yang sering juga disebut Boogeyman, kembali meneror di malam Halloween. Kehadirannya dalam film Hallowen ini sekaligus menyambut hari Halloween yang biasa dirayakan di Amerika Serikat pada 31 Oktober.

Hallowen (2018) masih mengambil latar cerita tentang karakter rekaan bernama Michael Myers (Nick Castle). Karakter pembunuh berdarah dingin ini pertama kali muncul dalam film garapan John Carpenter dengan judul serupa pada 1978, juga diperankan oleh Castle. Dalam beraksi, Michael seringkali menggunakan topeng dan memanggil dirinya Boogeyman.

Kemunculan kembali sosok Michael Myers setelah 40 tahun berselang dipicu oleh dua wartawan investigasi, Aaron Korey dan Dana Haines, yang datang menemui Michael Myers di rumah sakit jiwa. Kedatangan mereka bertujuan untuk menyelidiki lebih detail tentang kepribadian Michael dan pembantaian yang terjadi pada 1978.

"Michael, aku ingin kau melihat sesuatu," kata Aaron kepada Michael sambil menunjukkan topeng yang biasa digunakan Michael saat pembantaian. Saat itu, Aaron juga menyebutkan nama Laurie Strode (Jamie Lee Curtis) kepada Michael.

Dua hal tersebut ternyata membuka kembali sisi gelap Michael. Darahnya mendidih. Ia ingin melarikan diri dari rumah sakit dan mencari sosok Laurie --yang empat puluh tahun lalu juga diperankan Curtis.

Di sisi lain, Laurie pun tidak pernah melupakan Michael. Sosok Michael selalu menghantuinya walaupun ia telah lolos dari peristiwa pembunuhan besar-besaran di malam Halloween empat dekade lalu.

Perempuan yang telah memiliki seorang anak dan seorang cucu ini juga telah mempersiapkan diri jika si Boogeyman kembali ke kehidupannya.

"Setiap malam aku berdoa agar dia melarikan diri," kata Laurie yang sangat ingin membunuh Michael agar hidupnya bisa tenang.

Dalam film yang di Indonesia berdurasi 104 menit dan berkategori D17+ ini, perilaku pembunuhan yang dilakukan Michael dicoba ungkap secara lebih ilmiah walau masih sangat dangkal.

Di sisi lain, nuansa horror dan thriller dalam film ini juga tidak terlalu menonjol. Sisi-sisi sadis dan mengejutkan tidak diekspose vulgar. Bahkan, drama tentang hubungan orangtua dengan anak terlihat diberi porsi lebih banyak daripada film horror pada umumnya.

Alur film yang disutradarai David Gordon Green ini pun tidak istimewa. Rentetan aksi yang dilakukan Michael terkesan mudah diprediksi dan akan bermuara pada satu tempat, sesuai yang telah disiapkan Laurie.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik