Headline

KPK akan telusuri pemerasan di Kemenaker sejak 2019.

Polisi Buru Sineas Muda Kreatif

FD/M-1
28/4/2018 23:30
Polisi Buru Sineas Muda Kreatif
(MI/FERDIAN)

Kepolisan Republik Indonesia kembali mencari bakat sineas muda dalam ajang Police Movie Festival 2018. Ada dua kategori yang dilombakan pada ajang bertema humanisme itu, yaitu film pendek (durasi 5 hingga 7 menit) dan film animasi (durasi 3 menit).

Karo Penmas Divisi Humas Mabes Polri, Brigjen Rikwanto, mengatakan ajang pencarian sineas berbakat yang diadakan Kepolisian Republik Indonesia guna merangkul sineas dari seluruh Indonesia, mereka akan berkreasi menghasilkan karya film pendek yang menjadi salah satu bentuk kepedulian kepolisian terhadap industri kreatif di Tanah Air.

"Kalau ngomong saja, narasi saja dan menyampaikan pesan-pesan itu sedikit hal yang bisa diterangkan. Jika pakai visual apalagi menarik akan lebih mudah ditangkap oleh pancaindera, mudah dicerna, mudah dijalankan, ditiru, dan dipelajari. Jadi, kita dalam rangka mendekati masyarakat, menyampaikan pesan-pesan polisi juga lebih mudah secara visual," jelasnya di Mandiri Inkubator Bisnis, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (23/4).

Wajah Indonesia

Ia menambahkan, pihaknya memasukan tema humanis sebagai upaya mengembalikan marwah kesatuan republik Indonesia, dimana masyarakatnya dikenal santun, ramah tamah, dan tolong-menolong agar dituangkan dalam bentuk sineas.

"Melalui tema humanis, kita berharap dari ajang ini akan lahir sineas-sineas muda berbakat yang mampu berkreasi dengan menyalurkan bermacam ide menariknya, dalam sebuah film pendek dan animasi. Tentunya dengan sisi humanis ini kita bisa tumbuh dan berkembang serta menjadi teladan di masyarakat," sebutnya.

Sineas juga diberi kesempatan untuk berkreasi dalam sisi kemanusiaan, dan tanpa adanya unsur SARA serta boleh mengkritisi, tetapi harus membangun, menariknya peserta yang ikut lomba ini jumlahnya terus bertambah setiap tahunnya.

"Dalam setiap karyanya para peserta diberi kebebasan untuk menuangkan imajinasinya dalam film yang dibuatnya namun harus tetap mengacu pada sisi humanismenya, dan diberi kebebasan untuk mengkritisi namun yang membangun, kita bersyukur acara ini mendapat apresiasi yang bagus di masyarakat dengan bertambahnya jumlah peserta yang ikut," ujar perwira bintang satu itu.

Hal senada disampaikan Ketua Panitia Police Movie Festival 2018, AK Hasby Ristama, pihaknya melihat eskalasi masyarakat terkadang kehilangan rasa humanismenya. Oleh karena itu, sebagai sesama manusia rasa saling menolong harus kembali dimunculkan.

"Contohnya jika ada kecelakaan, banyak orang sekarang hanya mengambil video, dan memviralkannya, tidak cepat-cepat membantu. Itu terjadi, begitu juga ketika ada kecurian, apa yang dilakukan? memukul dan menghakimi bahkan membakar pelaku, artinya kita kehilangan losing my mind, kehilangan akan sehat kita di sana," paparnya.

Selain itu, upaya yang dilakukan agar masyarakat lebih mengenal sosok polisi karena mereka juga manusia. Jadi film juga bagian dalam menyampaikan informasi, pengetahuan, dan sisi lain kehidupan polisi dari pandangan orang lain.

"Ini yang kita ingin perlhatkan, bagaimana polisi sebagai sosok ibu, sosok ayah, yang mungkin juga kehilangan keluarganya. Bahkan lebih mendahulukan kebutuhan masyarakat jika dibandingkan kebutuhan untuk keluarganya," terangnya.

Sementara itu, salah satu juri Police Movie Festival 2018, Anggi Umbara, menjelaskan, sebenarnya banyak sisi humanisme yang bisa diangkat menjadi karya seni perfilman. Apalagi diangkat dari sisi institusi kepolisian, akan menjadi hal yang sangat menarik.

"Banyak banget ya ide cerita yang bisa diangkat, misalnya apa yang terjadi di sekitar kita, yakni polisi juga memiliki keluarga, mereka juga memiliki orang-orang yang dicintainya, apa yang mereka lakukan dan masyarakat lakukan terhadap mereka. Itu banyak yang bisa digali, jadi saya sih menunggu, ide cerita apa yang menarik," tuturnya.

Ia menambahkan, tentang humanisme yang bernuansa kepolisian. Tentunya bertujuan agar sineas lebih menekankan sudut pandang cerita pada sisi humanisme yang dimiliki oleh aparat kepolisian yang peduli, melindungi, menghargai, serta menjadi sahabat bagi masyarakat.

"Ide cerita apa yang bisa dibaggakan, harapannya besar sih, institusi ini bisa keluar dari masyakarat. Saya tidak menjembatani, saya hanya akan memberikan penilaian dan poin yang baik dari kacamata filmmaker. Jadi, saya akan memberikan dukungan agar mereka bisa lebih baik," lanjutnya.

Beragam sudut pandang

Animator Faza Meonk mengatakan, justru ini menjadi tantangan bagi para sineas untuk bisa mengomunikasikan humanisme, dengan karakter animasi.

"Angle-nya bisa dari berbagai macem ya, baik dari sisi polisi dan sisi masyarakat. Justru yang kita cari bagaiaman para peserta bisa mengeksplorasi banget dari segi cerita. Apalagi, ada animasi dari segi teknis, dan segi visual. Jadi memang kita berharap muncul karya yang ekstraordinari," pungkasnya.

Adapun kategori yang diperlombakan dalam ajang ini ada dua, yaitu kategori film pendek dengan durasi 5-7 menit dan film animasi yang berdurasi 3 menit. Tentunya melibatkan juri berkompeten di bidangnya masing-masing komikus dan animator Faza Ibnu Ubaidillah atau Faza Meonk, Sutradara Anggi Umbara, aktor Chicco Jerikho dan Brigjen Rikwanto.

Peserta wajib mendaftarkan karyanya sebelum 5 Juni 2018. Dengan 10 finalis dari setiap kategori. Malam puncak penganugerahan Police Movie Festival 2018 digelar pada 23 Juni 2018.

Pemenang pertama akan mendapatkan beasiswa SSR Jakarta dengan total hadiah Rp120 juta dan berkesempatan mengikuti ajang Kompetisi Internasional.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya