Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
DISJOKI Dipha Kresna Aditya Barus, 32, punya cara unik dalam bermusik, jika kebanyakan musikus mengajak kolaborasi musisi lain yang telah memiliki nama besar, tidak dengan Dipha. Setidaknya sudah dua single Dipha produksi dengan mengajak penyanyi nonprofesional. Dipha juga memasukkan ragam pengaruh musik dari berbagai penjuru dunia. “Ada instrumen still drum dari Tobago, ada beat dari Jamaika, ada pengaruh dari musik Brasil, Portugis, dan rindik Bali. Adopsi dari banyak budaya,” lanjut Dipha.
Pertama, kita akan membahas single All Good yang dirilis 2017, dalam lagu itu Dipha mengajak perempuan bernama Nadin untuk berkolaborasi.
Nadin 'ditemukan' Dipha lewat media sosial Instagram. Kini, kejadian serupa terulang. Dipha merilis single bertajuk Money Honey (Count Me In) dengan menggandeng Monica Karina, yang ditemukannya via fitur Instagram Story. “Saya beberapa kali menemukan talenta yang suaranya bagus di Instagram. Langsung saya DM (direct message), ngajak bikin sesuatu,” ujar Dipha dalam jumpa pers perilisan Money Honey di kantor Juni Records yang terletak di bilangan Kemang, Jakarta Selatan, Rabu (4/4).
Monica awalnya tidak percaya bahwa Dipha Barus langsung yang menghubunginya. Ketika yakin bahwa ajakan kolaborasi ini memang datang dari Dipha untuk dirinya, Monica histeris. Keduanya lantas melakukan lokakarya hingga akhirnya lahir single ini. Dipha dan Monica juga melibatkan nama lain dalam menulis Money Honey (Count Me In), yaitu Kallula dan Nicole Zefanya.
Money Honey (Count Me In) sekaligus jadi single perdana Dipha di bawah label Juni Records yang dibentuk penyanyi Raisa. Single itu lahir dari refleksi Dipha tentang pilihan kita, bekerja pada hal yang kita cintai atau demi uang semata. “Inti liriknya tentang berjuang untuk sesuatu yang kamu kerjakan, apakah itu yang kamu cintai atau enggak? Saya melakukan riset di Instagram, orang pada mengeluh sama pekerjaannya, apakah yang dia perjuangkan itu yang dia suka atau enggak?”
Bahasa universal
Dipha melanjutkan cerita, karyanya tidak hanya digemari pendengar musik di Indonesia, tetapi juga hingga sampai mancanegara. Secara spesifik dia menyebutkan Amerika Latin bahkan Asia Pasifik.
"Yang mendengarkan kami kan sesuai dengan data yang kami dapat, kebanyakan tidak cuma dari Indonesia, tapi dari Amerika Latin. Jumlahnya banyak, lebih banyak dari Indonesia. Dari Amerika juga banyak banget dan Asia Pasifik.
Dia menengarai, lirik musik yang dibuatnya yang berbahasa Inggris memengaruhi hal itu. Dia sadar betul bahasa Inggris yang ditumpahkan pada lirik-lirik lagunya jadi bahasa yang universal.
"Kami tahu bahasa Inggris itu bahasa yang universal, semua orang pasti bisa memahami atau bisa cari translate-nya seperti apa. Namun, kami mau juga yang dinyanyikan seperti bahasa sendiri. Jadi, bisa dibuat nyanyi, dibuat joget, terus di saat yang bersamaan ketika orang dengar juga pesannya." (H-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved