Headline

Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.

Jonathan Kuo Tampil tanpa Beban

Retno Hemawati
12/2/2018 00:06
Jonathan Kuo Tampil tanpa Beban
(DOK. BAKTI BUDAYA DJARUM FOUNDATI)

PIANIS berusia 15 tahun Jonathan Kuo, kembali berpentas di Jakarta bersama dengan The Resonanz Music Studio (TRMS) di bawah pimpinan Avip Priatna pada akhir Januari lalu. Konser yang didukung Bakti Budaya Djarum Foundation itu bertajuk Invitation to the Dance. Selain Jonathan tampil, ada juga soprano muda Indonesia Isyana Sarasvati.

Pianis asal Bandung itu membawakan karya Franz Liszt berjudul Totentanz. Karya-karya yang ditampilkan malam itu bertema musik tarian. Dia mengaku, musik yang waktu itu baru saja dimainkan mampu mengurai emosi.

"Totentanz ini pas untuk melepaskan emosi saat jenuh. Karya ini membuat saya merasa lepas," ungkapnya kepada Media Indonesia sesuai pentas.

Dia juga bercerita, meski telah banyak tampil di berbagai panggung pertunjukan, rasa grogi tetap saja muncul. Meski demikian dia juga terbiasa mengatasinya. "Kalau sudah tampil dan mulai main piano ya grogi itu langsung hilang. Saya juga nggak takut salah. Jadi, malah bisa bagus mainnya, tidak terbeban," katanya polos.

Perbincangan semakin menghangat ketika membahas tentang belajar dari kesalahan. Bagi anak sulung dari dua bersaudara itu, bermain piano di atas panggung tanpa beban harus sempurna itu justru menghindarkannya dari tegang. Dia juga tidak berharap dirinya bisa tampil sempurna.

"Saya diajari oleh orangtua saya jangan sombong dan merasa sempurna. Tapi berusahalah yang terbaik dalam setiap penampilan," tuturnya.

Tampil yang terbaik, berusaha maksimal, dan sudah sesuai keinginan bagi Jonathan ialah kunci dari setiap penampilan terbaiknya.

Jonathan memulai pelajaran piano untuk pertama kalinya pada usia 7 tahun. Didukung dengan minat dan tekad yang kuat, ia telah meraih berbagai prestasi di tingkat nasional maupun internasional. Meski demikian, dia pun dipersiapkan untuk menerima kekalahan. "Kalah itu bagus, asal kita belajar," katanya.

Dia melanjutkan, kekalahan yang baik ialah kekalahan yang membuat kita belajar kemudian untuk menjadi lebih baik lagi di masa mendatang. Kekalahan bagi Jonathan ialah kesempatan untuk belajar lebih banyak untuk memperbaiki kekurangan.

Kolaborasi

Setiap hari Jonathan tetap belajar bermain piano dengan porsi 5 hingga 7 jam. Di sela waktu luang, dia layaknya anak-anak yang beranjak remaja, bermain gim dan menyaksikan pertandingan bola. "Saya masih enggak terima lo Indonesia kalah melawan Iran," katanya tergelak.

Di masa mendatang Jonathan selain akan menggelar konser di tujuh kota, dia juga akan belajar karya komposer asal Ukraina Sergei Prokofiev. Sementara itu, untuk kolaborasi, selain dengan Isyana Sarasvati yang dikaguminya, dia juga ingin tampil bersama dengan Via Vallen meski belum mengenal penyanyi asal Surabaya itu.

"Jadi Via Vallen itu bagi saya kembang dangdut, keroncong, dan lagu Barat, jadi sangat unik dan eksotis," katanya. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya