Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
GENERASI muda mempunyai cara berbeda-beda dalam memaknai Hari Pahlawan yang diperingati setiap 10 November. Menurut aktor sekaligus presenter Deva Mahenra, 27, hari bersejarah itu sebaiknya selain dijadikan momentum untuk bersyukur atas kemerdekaan yang telah didapat, juga diisi generasi muda dengan berkarya agar peringatan tersebut tidak sekadar seremonial.
"Kita patut bersyukur atas apa pun yang kita nikmati saat ini. Kita harus mengucapkan terima kasih kepada mereka yang berjuang untuk yang yang kita nikmati sekarang. Sebagai manusia kita suka lupa pada peristiwa lampau, sejarah, dan perjuangan pahlawan. Oleh karena itu, jangan lupakan yang telah dilakukan pahlawan. Namun, untuk mengingatnya jangan sekadar selebrasi," ujar Deva ketika ditemui di sela-sela konferensi pers film terbarunya berjudul Keluarga tak Kasatmata, baru-baru ini.
Menurutnya, sebagai generasi yang lahir setelah era kemerdekaan, hal yang perlu diperjuangkan memang jauh berbeda. Namun, semangatnya tetap sama, yakni memberikan sumbangsih melalui karya dengan memanfaatkan potensi diri yang dimiliki. "Kita tidak perlu lagi memperjuangkan identitas dan tanah kita karena kita tidak lagi dijajah. Yang perlu diperjuangkan adalah mimpi, potensi, harapan, dan cita-cita kita," ucapnya.
Laki-laki kelahiran Makassar, 19 April 1990, itu lebih jauh menuturkan Indonesia dengan jumlah penduduk yang sangat besar pasti memiliki banyak anak muda berbakat dan berpotensi. Di antara mereka juga banyak yang ingin ikut andil dalam membangun bangsa. Kesempatan itu, ujarnya, harus dilihat.
"Justru dengan banyaknya yang ingin berkontribusi untuk mengharumkan nama bangsa, saya rasa ini adalah kesempatan bagi kita sebagai anak muda untuk memberikan sedikit andil dengan menjadi generasi muda yang berkarya. Dengan berkarya, kita dapat membangun generasi berikutnya yang lebih baik," ujar Deva.
Sebagai aktor, ia mengaku dapat berkarya melalui film. Ia berharap karyanya dapat ditonton generasi berikutnya dan karya itu bisa dijadikan referensi guna menghasilkan film yang lebih baik di masa berikutnya. "Misalnya, tahun ini saya membuat film. Film itu kemudian ditonton generasi berikutnya. Mudah-mudahan mereka punya acuan dan dapat membuat film yang jauh lebih bagus sehingga terjadi proses berantai berkelanjutan yang lebih baik," tutur pemeran Soekarno dalam film Guru Bangsa: Tjokroaminoto itu.
Dalam berkarya, Deva memegang prinsip untuk tidak merugikan orang lain dan menjalankannya sesuai dengan aturan. Menurutnya, hal itu salah satu cita-cita generasi terdahulu agar bangsa Indonesia lebih baik.
Promosi film
Saat ini Deva tengah fokus mempromosikan film terbarunya, Keluarga tak Kasatmata. Film tersebut diangkat dari cerita-cerita yang diunggah pada Kaskus dan telah ditulis menjadi buku laris. Ia mengatakan promosi film menjadi bagian tidak terpisahkan dari proses pembuatan film. "Syuting dan promo ialah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Tanggung jawabnya belum komplet saat proses promo belum selesai," ujarnya.
Deva mengaku tertarik bermain dalam film tersebut karena ia menilai ceritanya familier. Namun, tambahnya, berperan dalam film yang ceritanya lebih dulu populer di masyarakat menjadi tantangan tersendiri baginya. (H-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved