Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Adinia Wirasti Hai Anak Muda, Ayo ke Perpustakaan

Dhika Kusuma Winata [email protected]
08/11/2017 04:01
Adinia Wirasti Hai Anak Muda, Ayo ke Perpustakaan
(MI/PERMANA)

AKTRIS Adinia Wirasti, 30, mengaku punya kegelisahan tersendiri atas perilaku kaum muda yang menurutnya malas membaca buku dan kelewat gandrung mengisi waktu dengan remeh-temeh di media sosial. Misalnya, bergosip seputar kehidupan selebritas atau segudang aktivitas 'klik' superfisial lainnya.
Anak muda, kata perempuan yang namanya mulai dikenal lewat film Ada Apa dengan Cinta itu, perlu mengisi aktivitas di media sosial dengan hal-hal yang lebih bermanfaat seperti mempromosikan pentingnya membaca buku.

"Anak-anak muda, kita semua, mari tampilkan pentingnya membaca. Ketika sudah membaca, bagikan (sharing<p) lewat media sosial yang kita punya daripada kita sibuk membaca komentar-komentar enggak jelas atau daripada kita komentar yang enggak jelas," ucapnya saat diskusi Perpus Seru yang digelar Coca-Cola Foundation Indonesia bekerja sama dengan Perpustakaan Nasional RI di gedung Perpustakaan Nasional, Jakarta, Senin (6/11).

Menurutnya, membaca punya seabrek manfaat, seperti pengetahuan dan ide-ide baru yang bisa dipraktikkan dalam kehidupan sehari-sehari. Ia mengaku lebih senang membaca buku maupun naskah cerita film dalam bentuk fisik ketimbang digital. Alasannya, ia merasa lebih dekat berinteraksi dengan isi tulisan tersebut dan bisa lebih luwes menambahkan catatan.

Namun, pilihan buku dalam bentuk fisik atau digital, kata Adinia, ialah sekadar soal selera. Yang terpenting, generasi muda perlu banyak membaca. "Saat liburan saya pernah membawa tiga buku dan teman-teman bilang ngapain kamu bawa berat-berat begitu. Tipe saya begitu," ujarnya.

Pergaulan sehat
Ia juga mengatakan, anak muda era sekarang perlu mengubah gaya hidup dalam bergaul. Ia menilai kebiasaan generasi muda yang lebih sering berinteraksi melalui teknologi terbilang kurang sehat.

"Apakah kita kurang ngobrol? Apakah kita kurang ketemu? Apakah kehidupan digital ini sudah terlalu merajalela? Orang-orang, bahkan lebih kepingin ngomong di telepon atau texting atau live (siaran langsung via media sosial)," tuturnya.

Padahal, menurutnya, berkumpul dengan sesama melalui interaksi tatap muka bisa membawa dampak positif. Interaksi langsung, jelasnya, bisa membawa dampak positif secara psikologis dan bisa mendorong terciptanya hal-hal yang produktif melalui pertukaran ide.

"Kita bisa brainstorming. Kita bisa melihat mata satu sama lain. Kita bisa melihat dan ngerasain energinya. Saya merasakan betul dampaknya ketika berkumpul dengan teman-teman yang punya kemauan atau kesenangan yang sama atau punya tujuan yang sama," ungkapnya.

Tempat berkumpul produktif, tambahnya, tidak melulu harus di kafe atau mal. Bisa juga dilakukan di perpustakaan. Menurutnya, perpustakaan bisa menjadi tempat alternatif untuk bekerja bagi orang-orang di bidang kreatif.

"Sebenarnya saya juga gelisah, mengapa perpustakaan sepi. Sebenarnya pilihan-pilihan kita untuk pergi dan dan melihat sesuatu di Jakarta sangat banyak, dan salah satunya adalah perpustakaan," pungkasnya.(H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik