Headline
Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.
Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.
SUTRADARA senior Adisurya Abdi, 61, mengaku tengah fokus mempersiapkan produksi film terbarunya yang menurut rencana akan mulai digarap pada Oktober 2017.
Adisurya Abdi di Makassar, Rabu (6/9), mengatakan film garapannya yang mengambil latar belakang Batavia pada 1604 hingga 1620 itu diharapkan bisa berjalan sesuai dengan rencana.
"Untuk genre filmnya sendiri drama thriller dengan latar belakang Batavia zaman dahulu. Saya berharap semua bisa berjalan baik dan agenda itu dapat terealisasi," kata dia di sela-sela kegiatan Workshop Kritik Film dan Nonfilm di salah satu hotel di Makassar, hari ini.
Dia menambahkan Batavia pada 1620-an di bawah kendali Jan Pieterszoon Coen memberlakukan hukuman mati bagi pelaku perselingkuhan. "Terutama yang dianggap bertentangan dengan norma VOC. Cerita berawal dari sana," kata dia saat dihubungi Media Indonesia, Rabu (6/9). Mengenai besaran anggaran yang akan digunakan dalam film garapannya itu, dirinya berharap bisa mendapatkan dukungan sekitar Rp5 miliar. Soal pemain-pemain mana saja yang akan diboyong dan dilibatkan dalam film terbarunya tersebut, ia belum bersedia membuka secara pasti. Pihaknya juga berharap dukungan masyarakat agar proyek tersebut dapat berjalan lancar.
Apresiasi Makassar
Terkait dengan perkembangan produksi perfilman di Makassar, Sulawesi Selatan, pria kelahiran Medan 29 Agustus 1956 itu memberikan apresiasi. Dirinya juga terus mendorong dan meminta para sineas Makassar bisa terus menjaga ritme yang sudah berjalan baik tersebut. "Perfilman Makassar, Sulawesi Selatan, memang cukup menggembirakan. Saya kira ini perlu dipertahankan karena potensi di sini memang begitu besar. Apalagi di sini juga didukung banyak kebudayaan yang layak dijadikan latar atau cerita," ujarnya.
Selain Batavia, jebolan Advanced School for Film Directing, Los Angeles, Amerika Serikat, itu juga tertarik sekaligus membuka peluang untuk menggarap film yang menceritakan potensi yang dimiliki Sulawesi Selatan khususnya keberagaman kebudayaan dan kearifan lokal. "Kemungkinan (buat film di Sulsel) itu bisa saja. Hal itu selalu terbuka dan selalu ada kesempatan," kata dia. Ia menjelaskan pembuatan film di Makassar atau Sulawesi Selatan itu akan mengangkat berbagai kekuatan dan kearifan lokal di daerah tersebut.
Untuk itu, lanjut dia, mengenai penggarapannya nanti atau pembiayaannya dilakukan produser Sulsel atau dari luar Sulsel, ataupun justru ada kerja sama di antara kedua pihak, itu yang tentunya menentukan. Soal beberapa kebudayaan atau kearifan lokal seperti keberadaan perahu pinisi yang mungkin bisa pula menjadi salah satu kriteria, dirinya mengaku hal itu bisa saja terjadi.
"Bikin film itu bukan nama pemerintah, melainkan individu atau perusahaan sehingga tidak ada istilah pusat dan daerah. Bagaimana upaya dari daerah dalam menarik investor untuk membiayai atau bersama-sama dalam pembuatan filmnya," ujar sutradara yang juga aktor itu. (Ant/H-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved