Headline
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia
MALAM itu, sekitar pukul 18.00 WIB, langit sudah pekat menyelimuti Dusun Bambangan
JEMAAH Haji Indonesia di Arab Saudi harus terus dikawal agar tidak mengalami gangguan kesehatan, pascapuncak haji Armudzna (Arafah, Mudzalifah, dan Mina) sambil menunggu kepulangan ke Tanah Air. Karena itu, jemaah haji terus diimbau tidak melakukan kegiatan berlebihan untuk menekan angka kesakitan.
Kepala Seksi Kesehatan Daerah Kerja Madinah Edi Supriyatna menyampaikan hal itu seusai konsolidasi kesehatan bagi petugas haji, di Madinah, Senin (26/8).
“Pasca-Armuzdna, sekarang tinggal di Madinah (jemaah haji gelombang dua), Kita sudah di posisi jemaah haji selesai melewati puncak haji, ini upaya kami semua selaku petugas haji, mengawal jemaah haji agar tidak terjadi gangguan kesehatan,” jelas Edi.
Menurut dia, para petugas haji terus menyampaikan imbauan kepada para jemaah agar tidak melakukan kegiatan berlebihan untuk menekan angka kesakitan.
Hal tersebut perlu dilakukan sambil menunggu kepulangan jemaah haji ke tanah air. Agar kepulangan jemaah haji berjalan baik dan selamat sampai ke tanah air.
“Harus ditekan angka kesakitannya agar bisa selamat sampai ke tanah air,” katanya.
Baca juga: Kemenag Tambah Konsultan Ibadah Haji Perempuan pada 2020
Edi menambahkan petugas haji juga terus mengawal jemaah risiko tinggi (risti) agar menjaga kondisi mereka karena kepulangan ke Tanah Air sudah dekat.
Salah satu upaya tersebut, kata Edi, adalah dengan terus melakukan edukasi kepada jemaah haji antara lain melalui kepala rombongan.
“Jemaah haji juga terus diimbau untuk selalu menggunakan alat pelindung diri (masker dll) juga edukasi sehingga terhindar dari ganggung kesehatan karena gangguan kesehatan hingga bisa tercetus menjadi lebih parah dan kematian, karena empat faktor air, suhu, kelelahan, dan adaptasi terhadap cuaca yang ada di Arab Saudi,“ imbuh Edi.
Dia menyebutkan, empat faktor tersebut adalah pertama air. Karena tidak minum air dan saat siang hari udara sangat panas (cuaca Madinah lebih panas dari Mekah, Senin (26/8) berkisar 44 derajat celcius, bahkan perkiraan dua hari ke depan sekitar 46 derajat celcius), dan kondisi haus. Cuaca dengan suhu panas berpotensi sangat besar memicu dehidrasi. Karena, kelembabannya rendah, hampir di bawah 50%.
“Kurang minum mencetus dehidrasi gangguan kesehatan akhirnya sakit. Dirujuk ke RS Arab Saudi (RSAS). Terbanyak meninggal di RSAS membuktikan jenaah mengalami gangguan kesehatan saat di kloter. Saking banyak faktor risikonya, “ kata Edi.
Kedua, lanjutnya, adalah suhu. Suhu tinggi menyebabkan kelembaban rendah. Bila batuk, berarti dehidrasi, tenggorakan kering karena kurang minum.
Lalu, badan terasa panas. Bila hal itu yang terjadi, kata Edi, maka dehidrasi tersebut sudah menyebabkan disorientasi, tidak tahu tempat dan waktu. Dan akibatnya, tercetus demensia.
Faktor ketiga, adalah kelelahan, setelah armuzdna. Sudah ada penyakit dalam dirinya, dipaksa melakukan ziarah dll. Faktor risikonya tidak dikendalikan.
Faktor keempat, adalah adaptasi. Menyesuaikan diri, dengan situasi di Arab Saudi yang banyak berjalan kaki, dari masjid ke penginapan dengan cuaca yang sangat panas.
“Empat hal itu sebenarnya ringan. Itu menyebabkan seseorang mengalami gangguan kesehatan bahkan kematian,” jelas Edi Supriyatna lagi. (OL-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved