“Rp35 ribu… Rp35 ribu, Rp100 ribu tiga, barang baru, lapak baru, ayo Bunda belanja Bunda,” teriak mereka bersahutan sambil menata pakaian yang dijual. Arena penjualan mereka ialah tenda-tenda di kawasan pedagang kaki lima (PKL) yang disediakan Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan DKI Jakarta. Tempat itu gratis. Mereka berjualan di Jalan Jatibaru Raya, kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Wakil Gubernur DKI Sandiaga Uno memulai langkah mereka menata kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jumat (22/12). Penataan dilakukan dengan menutup dua ruas jalan di depan Stasiun Tanah Abang, mulai pukul 08.00 sampai 18.00 WIB.
“Kami fasilitasi PKL dengan melakukan rekayasa lalu lintas. Jadi, satu jalur di depan stasiun pada pukul 08.00-18.00 dipakai PKL, jumlahnya 400,” ujar Anies. Penutupan ruas jalan untuk lokasi PKL dilakukan guna memastikan trotoar di kawasan Tanah Abang tak lagi diokupasi. Trotoar jadi milik pejalan kaki kembali karena PKL sudah diberi tempat berjualan. Penataan ini dinilai akan menguntungkan semua pihak, termasuk PKL dan pejalan kaki. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga menyiapkan 10 bus Trans-Jakarta pengumpan gratis bagi warga untuk menuju Tanah Abang, baik penumpang kereta maupun pengguna kendaraan umum lainnya.
Namun, langkah menutup jalanan nyatanya menimbulkan pro-kontra bagi PKL, pengguna jalan, dan warga sekitar. Muncul kekhawatiran, kebijakan tersebut malah menimbulkan kesemrawutan. Warga pun mengeluhkan kesulitan keluar-masuk ke permukiman. Pedagang dengan kios resmi, seperti di Blok G, risau pengunjung akan sepi karena lebih memilih belanja di jalanan sehingga akhirnya PKL akan terus berbiak. (M-1)