Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
APLIKASI pesan foto yang dikembangkan Evan Spiegel, Bobby Murphy, dan Reggie Brown saat masih kuliah di Universitas Stanford, Snapchat, tengah digandrungi masyarakat.
Dengan aplikasi itu, pengguna dapat mengambil foto, merekam video, menambahkan teks dan lukisan, dan mengirimkannya ke daftar penerima yang ditentukan pengguna
Lantaran tengah booming, Snap Inc, yang merupakan induk dari perusahaan Snapchat, dengan percaya diri melakukan pencatatan saham perdana atau initial public offering (IPO) di bursa saham AS, Kamis (2/3) waktu setempat.
Kendati aplikasi itu tengah naik daun di jagat dunia maya, para ahli investasi mewanti-wanti para calon investor agar jangan terburu nafsu untuk membeli tawaran saham perdana tersebut.
“Kalau Anda tidak paham dengan produk yang ditawarkan, jangan dibeli. Belilah produk yang Anda pahami,” sebut ahli investasi asal Amerika Serikat Peter Lynch, seperti dilansir BBC, kemarin.
Menurut Lynch, kendati para investor muda atau kaum milenial sebagian besar paham menggunakan aplikasi Snapchat, tidak serta-merta mereka harus membeli saham perusahaan rintisan (start-up) tersukses itu.
Lynch memberi contoh saat Twitter dan Facebook, dua start-up serupa yang telah lebih dulu melakukan IPO. Twitter, setelah melakukan debut yang baik di lantai bursa, kini memperlihatkan kondisi yang tidak stabil dan sahamnya cenderung mengalami penurunan. Di sisi lain, Facebook, yang mengalami kisah buruk di hari debutnya, sekarang menjadi salah satu perusahaan paling berharga di seluruh bumi.
“Jadi, membeli saham hanya karena paham dan menyukai kerennya aplikasi yang ditawarkan perusahaan, itu bukan ide cerdas. Investor muda seharusnya berhati-hati,” timpal Jared Carmel, Managing Partner Manhattan Venture Partners.
Saat ini, ia mengatakan Snapchat terus kehilangan modal dan beberapa investor profesional khawatir dengan keadaan tersebut. Terlebih, basis pengguna Snapchat berada di bawah Twitter dan Facebook.
Belum lagi, model dan gaya di dalam dunia media sosial terus berubah sehingga sulit untuk memprediksi bagaimana kondisi mereka di masa yang akan datang.
“Dari pada langsung membeli, akan lebih bijaksana bagi para investor untuk menunggu dan melihat telebih dulu bagaimana pergerakan saham itu di hari-hari awal,” tutur Carmel.
Chief Investment Officer Clear Path Capital Partners Brendan Connaughton berasumsi langkah Snapchat dalam melantai di bursa saham merupakan upaya untuk menarik lebih banyak iklan sebagai sumber pendapatan.
“Sebagian besar pengguna Snapchat adalah remaja yang tidak mampu membeli saham tersebut. Itu masalahnya,” ucap Connaughton. (Pra/E-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved