Headline

Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.

Fokus

Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.

Impor Sampah demi Kehangatan

MI
20/2/2017 09:20
Impor Sampah demi Kehangatan
(MI/Duta)

MENERAPKAN importasi komoditas pangan atau manufaktur mungkin menjadi hal biasa bagi sebuah negara. Namun, bagaimana kalau sampah? Itu tidak lazim memang. Namun, itulah yang dilakukan pemerintah Swedia selama bertahun-tahun.

Importasi sampah merupakan suatu hal yang 'terpaksa' dilakukan Swedia. Di sana, sampah merupakan salah satu sumber energi untuk listrik. Namun, saking tingginya kesadaran masyarakat Swedia untuk mendaur ulang sampah, negara itu lama-kelamaan kekurangan sampah untuk diolah menjadi tenaga setrum.

Negara yang terletak di wilayah Skandinavia itu memiliki sistem dan kebudayaan yang sangat baik dalam hal menjaga kelestarian lingkungan. "Penduduk Swedia orang-orang yang mencintai alam. Mereka menyadari apa yang perlu dilakukan terhadap lingkungan," ujar Anna-Carin Gripwall, Director of Communications for Avfall Sverige, alias Asosiasi Daur Ulang Sampah Swedia, seperti dikutip the Independent, beberapa waktu lalu.

Ia mengatakan awalnya butuh waktu lama untuk membuat seluruh masyarakat memahami pentingnya tidak membuang sampah di luar rumah agar semuanya bisa didaur ulang dan digunakan kembali.

Dengan upaya yang digerakkan asosiasi tersebut, sejak 2011 tidak lebih dari 1% sampah rumah tangga dari negara tersebut dikirim ke lokasi penimbunan.

Lantas, apa yang dilakukan pemerintah Swedia dengan sampah-sampah yang ada, ditambah dengan sampah yang didatangkan dari luar negeri?

Swedia menerapkan kebijakan daur ulang nasional dengan melibatkan perusahaan-perusahaan swasta. Merekalah yang melakukan sebagian besar peran vital.

Perusahaan-perusahaan itu menjalankan bisnis importasi sampah dan membakarnya. Hasil pembakaran itu lalu diubah menjadi energi listrik dan pemanas pada paling tidak 950 ribu rumah saat musim dingin. "Kami menggunakan limbah sebagai pengganti bahan bakar fosil," terang Gripwall.

Ia menambahkan importasi sampah dari negara-negara tetangga di Uni Eropa hanya bersifat sementara. Di beberapa negara itu, menurutnya, sedang ada restriksi pada lahan pembuangan sampah. Jadi, ketimbang didenda, mereka mengirimnya ke Swedia yang memang membutuhkan. "Mereka pun akan membangun pembangkit mereka sendiri untuk mengurangi sampah. Namun, untuk bisa menerapkan listrik dari sampah, harus ada infrastruktur yang dibangun terlebih dahulu, seperti sistem pemanas dan pendingin distrik dan itu butuh waktu." (Pra/E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya