Headline

Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.

Fokus

Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.

Impor belum Tentu Tekan Harga Gas

MI
17/2/2017 08:44
Impor belum Tentu Tekan Harga Gas
(Antara/Puspa Perwitasari)

KEBIJAKAN mengimpor gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) belum pasti bakal membuat harganya turun di level pengguna (end user). Pasalnya, impor gas itu masih harus melalui banyak tahap sebelum sampai ke pengguna.

Menurut Kepala Divisi Komersialisasi Gas Bumi SKK Migas, Sampe L Purba, ada sejumlah faktor yang menyebabkan impor tidak serta-merta menurunkan harga LNG pada tingkat pengguna. Pertama karena secara keseluruhan harga LNG itu bersaing di seluruh dunia. Kedua, agar LNG yang diimpor itu sampai ke end user, ada tahapan shiping, regasifikasi, transmisi, dan distribusi.

Dia mencontohkan, harga LNG impor relatif tergantung apakah negara kita memiliki fasilitas penampung. "Di Amerika harga murah karena tersedia pipa atau fasilitasnya," ujarnya di Jakarta, kemarin.

Infrastruktur, jelas Sampe, sangat penting dalam penyaluran LNG. Ia mencontohkan beberapa persoalan teknis bisa saja terjadi. "Barangnya ada, buyer belum ada atau infrastruktur belum tersedia, jadi itu merupakan suatu faktor."

Lalu, tambah dia, sebelum gas yang sudah dalam bentuk cairan itu dikapalkan, ada proses regasifikasi. "Kemudian dia dibawa melalui saluran transmisi. Jadi, itu semua harus berjalan. Fasilitas regasifikasi itu cuma tiga sampai empat tempat, belum menjangkau seluruh Indonesia."

Berkaca dari hal itu, Sampe mengusulkan agar ada kajian ulang atas rencana impor gas bagi industri tersebut. Sebab, harganya tidak berbeda jauh dengan domestik.

Menurut Sampe, ada hal lain yang bisa dilakukan agar target Presiden Joko Widodo yang ingin harga gas US$6 per MMBTU bagi industri terwujud. "Harga itu bisa di-indeks. Supaya gas turun US$6, harus landed price-nya diperhitungkan."

Dia menambahkan, melambungnya harga gas akibat faktor rantai pasok dari penyedia hingga ke pengguna akhir. Contohnya, di Sumatra Utara harga gas sempat US$12 per MMBTU. "Penyebabnya itu biaya pasok. Jadi, murahnya impor di mana? Makanya kata saya impor tidak serta-merta menurunkan harga," beber dia.

Dalam kesempatan terpisah, Menko Perekonomian Darmin Nasution mengatakan isu impor gas akan menjadi salah satu isu pembicaraan dalam kunjungannya ke Iran pada akhir bulan ini. Menurut dia, pemerintah akan mencari tahu detil harga gas impor Iran. Saat ini, harga gas di Iran berkisar US$3-US$3,5 per MMBTU. "Itu harga di sana. Kalau di bawa ke sini jadi berapa, perlu kita hitung," ujar Darmin. (Tes/Arv/E-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya