Headline
Disiplin tidak dibangun dengan intimidasi.
DALAM satu dekade bisa dikatakan Indonesia tumbuh cukup stabil. Namun kalau kita lihat dari 2006-2016, di tengah-tengah itu sebetulnya terjadi krisis dunia, 2008-2009. Jadi kalau saya memberikan perspektif sepanjang satu dekade adalah bahwa Indonesia memiliki komposisi ekonomi yang memiliki daya tahan. Indonesia punya kemampuan daya tahan menjaga kinerjanya.
Ini adalah satu aset. Jadi kalau kita lihat saat ini, 2016, akan menunjukkan masa-masa yang cukup berat dari ekonomi Indonesia. Karena faktor yang selama ini mendorong pertumbuhan ekonomi mengalami pelemahan.
Untuk 2017, Indonesia diperkirakan akan mencapai pertumbuhan 5,1% berdasarkan asumsi APBN 2017. Saya memahami di luar pemerintah ada banyak proyeksi, bahkan dalam hal ini, BI yang masih bagian dari pemerintahan juga punya proyeksi 5%-5,4%. Lalu World Bank 5,3%, masih lebih optimistis dalam beberapa faktor. Dan consensus forecast untuk 2017 adalah 5,2%.
Ekonomi selalu dibagi menjadi sisi permintaan dan penawaran. Komposisi dari permintaan dari perekonomian Indonesia sama dengan negara lain seperti konsumsi, yang terdiri dari masyarakat, yang entah kaya entah miskin, entah menengah. Itu menjelaskan 58,3% dari seluruh perekonomian Indonesia.
Motor penggerak
Di negara maju bahkan bisa 60%-70% adalah konsumsi dari household. Investasi, sebagai sisi permintaan kedua yang dilakukan sektor produksi di dalam melakukan ekspansi atau dalam kegiatan produksinya menjelaskan 29,7%. Lainnya adalah pemerintah 9,1% serta sisanya ekspor minus impor.
Dalam 10 tahun terakhir men-drive konsumsi Indonesia mendekati 5% dan 2016 kuartal tiga yang sudah keluar angkanya adalah 5%. Ini menggambarkan bahwa Indonesia memiliki daya tahan dari sisi motor penggerak sisi permintaan. Investasi dalam 10 tahun terakhir drive-nya 6,8%. Tahun 2016 merupakan tahun yang cukup berat. Ketua Dewan Komisioner OJK menggambarkan sektor keuangan yang selama ini menjadi intermediary dari sisi penabung dan kemudian yang melakukan investasi, seperti perbankan, memang mengalami konsolidasi akibat tekanan harga komoditas yang menurun. Termasuk dalam hal ini sentimen dan ketidakpastian global atas terpilihnya Presiden Donald Trump yang hari ini (kemarin) atau Jumat (waktu setempat) akan dilantik.
Negative growth
Pertumbuhan konsumsi pemerintah selama ini adalah 6,3%. Untuk 2016 kuartal III mengalami negative growth karena kami terus melakukan beberapa penyesuaian dari APBN 2016 dan sudah ditutup 31 Desember lalu. Tujuannya adalah untuk menjaga confidence terhadap instrumen APBN.Yang lebih penting bagi pemerintah dalam hal ini adalah pengaruhnya terhadap confidence, memiliki influence yang kuat dan sehat. Inilah yang harus dijaga di dalam APBN.
Dari sisi produksi, perekonomian Indonesia dari sisi primer, sekunder, tersier, untuk sektor-sektor di pertanian, pertambangan perikanan selama ini memiliki kontribusi 23,6% terhadap GDP. Seperti yang tadi saya sampaikan, saat dunia mengalami booming, ekonomi growth di negara maju sangat tinggi, demand komoditas meningkat tajam, dan juga supply chain alami peningkatan.
Industri pengolahan yang menjelaskan 22% dari GDP kita selama ini menjadi sektor yang diandalkan untuk menciptakan pekerja. Oleh karena itu, begitu penting bagi pemerintah untuk berbagai macam penyederhanaan kebijakan. Itu tidak hanya memfasilitasi pengusaha, tapi juga ujungnya untuk membuat masyarakat Indonesia dapat berpartisipasi di dalam kegiatan ekonomi.
Di Amerika dan Eropa mereka mengalami pelebaran jurang meningkat karena sektor keuangan. Entah apakah itu pasar modal atau perbankan, dia bisa tumbuh double digit, bahkan saat krisis bisa rebound lagi seperti di AS. Di sektor riil, jasa informal yang low value added, dia struggle. Ini yang menjelaskan kenapa Donald Trump terpilih. Dia mewakili kelompok menengah bawah pada sektor yang disebut pengolahan maupun sektor jasa yang tidak menikmati peningkatan ekonomi.
Untuk Indonesia, selain indikator ekonomi makro, Indonesia adalah negara kepulauan. Lihat Pulau Jawa, yang menjelaskan 57% GDP Indonesia. Pertumbuhan selama 10 tahun terakhir 6% dengan tingkat kemiskinan 10,1%. Pertumbuhan tinggi tapi tingkat kemiskinan juga tinggi. Sumatra, tumbuh 4,95%, tingkat kemiskinannya 11,1%. Kalimantan tumbuh 4,1%, kemiskinan 6,5%. Sulawesi selalu tumbuh relatif rata-rata lebih tinggi dari rata-rata nasional. Pulau ini diversifikasinya luar biasa sukses.
Mungkin karena tidak didominasi komoditas, walaupun punya beberapa tambang, tidak seperti Sumatra, Kalimantan, atau Papua. Dia bisa mendiversifikasikan dengan sektor ekonomi lain sehingga tumbuh 7,5% walaupun kemiskinannya 11%.
Bali, Nusa Tenggara, yang tidak bergantung pada komoditas, tumbuh 5,8% dengan kemiskinan 14,7%. Papua tumbuh 4% dengan tingkat kemiskinan 22%. Ini adalah suatu peta Indonesia saat ini, menggambarkan butuhnya perhatian dari sisi kebijakan. (O-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved