Headline
Disiplin tidak dibangun dengan intimidasi.
ANAK kecil dan anak muda zaman dulu tidak jarang menabung di celengan, mau itu berbentuk ayam, rumah, atau drum kayu. Bahkan, ada pula yang menabung di bawah bantal tidur, atau di lemari.
Namun, lain dulu lain sekarang. Anak muda, terutama di kota-kota besar, sudah mulai berpikir jauh ke depan. Alih-alih sekadar menyimpan, mereka kini ingin ‘mengembangbiakkan’ uang, alias berinvestasi. Misalnya, Ferry, 19, mahasiswa Universitas Tarumanegara, Jakarta. Pemuda berkacamata itu sudah setahun menjadi investor saham pada salah satu emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Ia memilih berinvestasi di pasar modal karena keuntungannya lebih besar ketimbang menabung di bank, apalagi di celengan. “Di deposito juga kan bunganya kecil. Kalau ini (saham), bunga dalam 5 bulan bisa sampai 5%, mungkin lebih,” ucap Ferry saat ditemui di Gedung BEI, Jakarta, kemarin.
Ferry mengaku tertarik berkecimpung di pasar modal karena anjuran teman-teman dan dosennya. Dia pun giat memperdalam pengetahuannya, antara lain lewat Seminar Pasar Modal untuk Generasi Muda Indonesia yang dihadiri para pengembang gim pasar modal.
Di seminar itu, salah satu pencipta Stocklab, Ryan Filbert, membeberkan dirinya mulai bermain di pasar modal sejak umur 18 tahun. Berawal dari perintah orangtua untuk berdagang di ITC Roxy ketimbang kuliah jurusan seni rupa, Ryan mulai mengenal uang. Biasanya, hasil dagangan di ITC Roxy ia setor ke bank. Namun, yang ia dapat hanya nominal uang yang disebutnya segitu-gitu saja. Karena itu, Ryan pun mulai mencari info untuk membuat hasil dagangannya tumbuh berkali-kali lipat sebelum akhirnya merambah pasar modal.
“Saat mau masuk ke (bursa) saham, saya bingung bagaimana menentukan kapan harus beli (buy), kapan harus jual (sell). Informasi waktu itu masih minim. Karena itu, saya mau anak muda sekarang mudah mendapat informasi dan cepat paham tentang pasar modal dengan meluncurkan permainan Stocklab,” tutur Ryan.
Stocklab merupakan permainan berupa kompetisi membangun aset dengan investasi saham dan reksa dana. Permainan itu menggunakan kartu yang juga bertuliskan istilah-istilah dalam pasar modal.
Berbeda dengan Ryan, Ivo Rustandi, President Director Wingamers, membuat permainan pasar modal secara daring (online). Gim besutannya dinamakan Nabung Saham Go dan diluncurkan pada 23 Agustus 2016 bersama Stocklab. Gim itu ditujukan bagi mereka yang awam pasar modal. Pengakuan Ivo, gim tersebut sudah diunduh lebih dari 20 ribu kali. “Kita targetkan pengunduh hingga 1 juta orang hingga akhir tahun.”
Dengan permainan-permainan semacam itu, Ivo berharap penetrasi masyarakat Indonesia terhadap pasar modal bisa meningkat dari yang saat ini di bawah 1%. Ia pun menyasar anak muda yang dilihat prospektif mudah memahami pasar modal dan bisa menjadi investor muda.
“Gim ini seperti sosialisasi juga, membuat masyarakat mengerti dulu lah tentang pasar modal. Setelah itu, kita berharap mereka bisa menjadi investor dan penetrasi kita naik. Jangan sampai kalah dari Thailand yang penetrasinya 1,5%, padahal jumlah penduduknya lebih kecil dari kita,” imbuhnya. (Jessica Sihite/E-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved