Headline

Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.

Transformasi Koperasi Kana di Bawah Jonathan Wardhana: Dari Lokal ke Pasar Global

Basuki Eka Purnama
22/8/2025 09:46
Transformasi Koperasi Kana di Bawah Jonathan Wardhana: Dari Lokal ke Pasar Global
Ketua Koperasi Kana Jonathan Danang Wardhana (tengah)(MI/HO)

EKSPOR produk lokal dari Indonesia kini tidak lagi didominasi oleh perusahaan besar. Seiring meningkatnya kebutuhan akan pendekatan ekonomi inklusif, sejumlah koperasi mulai mengambil peran strategis dalam perdagangan internasional. 

Salah satu pendekatan yang bisa dilakukan adalah pengalihan fokus dari simpan pinjam menuju pemberdayaan UMKM berbasis ekspor, dengan melibatkan petani dan pelaku usaha kecil di berbagai daerah.

Model ini memberikan peluang ekonomi baru bagi kelompok masyarakat yang sebelumnya tidak terjangkau oleh rantai pasok global. Gula merah dan sarang burung walet, dua produk dengan nilai ekonomi tinggi dan permintaan global yang stabil, menjadi simbol dari potensi besar yang dimiliki sektor riil koperasi Indonesia. 

Melalui sistem kemitraan dan pelatihan, para produsen lokal mulai terlibat dalam skema bisnis yang berorientasi ekspor.

Salah satu contoh dari model ini adalah Koperasi Kana di Surabaya. Dalam dua tahun terakhir, koperasi ini mengalihkan fokus dari jasa keuangan menjadi pelaku ekspor produk unggulan Indonesia.

Produk seperti gula merah premium dan sarang burung walet telah berhasil masuk ke pasar luar negeri, termasuk Hong Kong, Filipina, dan Thailand. 

Di balik arah baru ini adalah sosok Jonathan Danang Wardhana, Ketua Koperasi Kana, yang mendorong pendekatan yang lebih strategis dan terukur.

Jonathan Danang Wardhana lahir pada 5 Agustus 1983 dan memulai karier profesionalnya di sektor industri, sebelum masuk ke ranah koperasi. 

Pada 2020, ia menjabat sebagai Direktur PT Indogula Jayabaya dan mengelola strategi ekspansi produksi berbasis komoditas lokal. Setahun kemudian, ia mengambil peran sebagai Ketua Koperasi Kana.

Di posisi ini, Jonathan mulai dikenal sebagai figur yang membawa arah baru dalam gerakan koperasi, dengan menekankan pentingnya riset, kemitraan, dan transformasi kelembagaan dalam menghadapi pasar ekspor. 

"Kami melihat pasar ekspor tidak hanya sebagai peluang ekonomi, tetapi juga sebagai cara untuk membuat petani dan pelaku usaha kecil punya posisi tawar yang lebih baik," ujar Jonathan.

Koperasi Kana bukan hanya mengekspor produk, tetapi juga aktif dalam inovasi dan riset. Salah satu kolaborasi penting adalah dengan Universitas Gadjah Mada dalam penelitian pertanian tebu. 

“Kami berinvestasi dalam teknologi dan mesin yang lebih modern untuk mendukung peningkatan produksi ini,” kata Jonathan. 

Dari hasil kerja sama ini, produktivitas tebu meningkat signifikan, dari 120 ton menjadi 200 ton per hektar.

Tidak berhenti di situ, koperasi ini tengah mempersiapkan pembangunan dua pabrik baru di Agam, Sumatra Barat, dan Banyuwangi, Jawa Timur. Ekspansi ini dilakukan untuk memperluas kapasitas produksi dan memperkuat posisi koperasi sebagai pemain ekspor berbasis komunitas. 

“Kami berharap dengan ekspansi ini, Koperasi Kana bisa memberikan lebih banyak kontribusi bagi ekonomi lokal,” tutur Jonathan.

Selain gula dan sarang burung walet, Koperasi Kana juga mengembangkan minuman kesehatan bernama Shaucha. Produk ini berhasil tampil di ajang Foodex 2024 di Jepang, menandai pengakuan terhadap kualitas produk lokal. 

Dengan pencapaian ini, koperasi yang dipimpin Jonathan mulai mencuri perhatian sebagai salah satu model koperasi modern yang relevan di tingkat nasional maupun internasional. (Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya