Headline
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
KEPALA Ekonom Bank Permata Josua Pardede turut mengomentari penurunan BI Rate sebesar 25 bps ke level 5,00%. Josua menilai, penurunan BI Rate tersebut menandai langkah keempat BI dalam tahun 2025 dengan total penurunan 100 bps sejak awal tahun.
"Kebijakan ini mempertegas orientasi pro-growth, sejalan dengan keyakinan bahwa inflasi tetap dalam kisaran target 1,5-3,5% dan tekanan eksternal berkurang seiring ekspektasi penurunan suku bunga The Fed. Rupiah juga dinilai stabil, sehingga memberi ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk menggeser fokus dari stabilitas ke pertumbuhan," kata Josua saat dihubungi, Rabu (20/8).
Selain itu, dirinya juga menyoroti langkah BI yang merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi 2025 ke sekitar 5,1%, atau di atas titik tengah target 4,6%-5,4%. Revisi ini, lanjut Josua, mencerminkan optimisme terhadap pemulihan permintaan domestik yang didorong oleh kombinasi kebijakan moneter longgar dan fiskal ekspansif.
"Pelonggaran suku bunga diharapkan menurunkan biaya pinjaman, memperbaiki kepercayaan bisnis, dan mendorong konsumsi rumah tangga yang sempat tertahan akibat pelemahan daya beli di semester I," terang dia.
Di sisi lain, ia juga menyampaikan bahwa penyaluran kredit konsumsi dan modal kerja masih melambat, sedangkan kredit investasi menjadi motor utama. Josua menilai bahwa hal ini menandakan transmisi kebijakan moneter belum sepenuhnya efektif karena sisi permintaan tetap lemah (korporasi lebih banyak mengandalkan pembiayaan internal) dan sisi suplai masih berhati-hati (standar kredit ketat).
"Dengan penurunan BI Rate, diharapkan bank akan lebih agresif menyalurkan kredit, sementara korporasi dan rumah tangga lebih terdorong mengambil pinjaman," tegasnya.
Meski ruang pelonggaran masih terbuka, Josua menyatakan bahwa BI tetap menekankan faktor stabilitas. Pasalnya, risiko eksternal masih perlu diantisipasi, terutama ketidakpastian arah kebijakan suku bunga The Fed jika inflasi AS meningkat akibat strategi tarif Trump.
"Jika Fed menahan atau melambatkan pemangkasan bunga, arus modal asing ke emerging markets termasuk Indonesia bisa tertahan, sehingga melemahkan Rupiah. Dengan demikian, BI kemungkinan akan melangkah hati-hati sebelum memasuki siklus easing yang lebih agresif," tutur dia.
Sementara itu, dengan inflasi yang masih rendah, output gap yang negatif, serta prospek permintaan domestik yang lebih solid, Josua menyatakan bahwa BI masih memiliki ruang untuk menurunkan bunga lagi minimal 25 bps hingga akhir 2025. Namun, ia menilik bahwa arah kebijakan akan sangat bergantung pada dua faktor stabilitas rupiah di tengah dinamika global dan efektivitas transmisi pelonggaran suku bunga terhadap pertumbuhan kredit dan konsumsi.
"Jika faktor eksternal tetap terkendali, pelonggaran moneter ini dapat menjadi katalis penting bagi pencapaian target pertumbuhan ekonomi 2025 sekaligus menjaga daya beli masyarakat," pungkas Josua. (E-4)
BANK Indonesia (BI) mengumumkan penurunan suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 25 basis poin pada Rabu (20/8).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved