Headline
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
SETELAH berhasil melalui fase pertama sejak 2020, Program Menuju Transisi Energi Rendah Karbon Indonesia (Mentari) akan berlanjut dalam kerangka Kemitraan Strategis Inggris–Indonesia yang lebih luas.
Program ini tetap berfokus pada pencapaian target iklim dan energi Indonesia, serta memperkuat kerja sama antara kedua negara di sektor energi bersih.
Wakil Duta Besar Inggris untuk Indonesia Matthew Downing menegaskan, selama lima tahun terakhir, Mentari telah menjadi program unggulan yang mempererat kolaborasi antara Inggris dan Indonesia, dengan telah memberikan manfaat langsung kepada masyarakat, termasuk di Sumba Tengah.
"Seiring dengan disepakatinya kemitraan strategis baru antara Perdana Menteri Keir Starmer dan Presiden Prabowo Subianto di London tahun lalu, kami ingin membuka lebih banyak peluang kolaborasi," ujarnya dalam acara Mentari Day di Jakarta, Kamis (3/7).
Pihaknya menargetkan pendanaan sekitar US$1 juta guna memperluas dukungan investasi di sektor energi terbarukan Indonesia. Downing menegaskan, investasi ini tidak hanya berasal dari Inggris, tetapi juga dari sumber domestik dan internasional lainnya.
"Program ini menjembatani pengembang proyek dengan investor, serta memberikan dukungan teknis dan kebijakan untuk mempercepat transisi energi di Indonesia," ucapnya.
Dalam kesempatan sama, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana menyambut baik kelanjutan program ini. Menurutnya, masih banyak desa yang membutuhkan akses listrik, dan berbagai pendekatan perlu terus didorong.
"Kami berharap kerja sama ini terus berlanjut, terutama untuk mendukung proyek-proyek energi terbarukan seperti PLTA, PLTS, hingga biomassa," kata Dadan.
Dia juga menekankan pentingnya memastikan keberlanjutan program melalui tiga pendekatan utama, yakni pembangunan infrastruktur, pengelolaan yang berkelanjutan, serta pemanfaatan listrik untuk kegiatan produktif.
"Jadi tidak hanya listriknya menyala, tapi juga mendorong aktivitas ekonomi lokal. Jika ini berjalan baik, program ini bisa berkelanjutan," ujarnya.
Selama fase pertamanya, Mentari telah mencatat sejumlah capaian penting. Salah satunya adalah penerapan skema pembiayaan campuran (blended finance) bersama PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) melalui viability gap fund (VGF) senilai Rp21 miliar. Dana hibah ini mendukung pembangunan tiga pembangkit listrik tenaga air (PLTA) baru oleh PT Brantas Energi di Lombok, Bali, dan Sumatra Barat dengan total kapasitas 7,1 megawatt (MW).
Skema ini berhasil menarik investasi tambahan sekitar Rp 210 miliar, dan menjadi contoh nyata kolaborasi publik-swasta dalam mempercepat pembangunan infrastruktur energi bersih.
Selain itu, Mentari juga telah membangun jaringan listrik mini berbasis tenaga surya berkapasitas 95 kWp di Desa Mata Redi dan Mata Woga, Sumba Tengah. Proyek ini memberikan akses listrik kepada 238 rumah tangga, fasilitas umum, dan 16 usaha mikro dan kecil yang sebelumnya tidak teraliri listrik.
Dengan keberhasilan tersebut, kelanjutan Program Mentari diharapkan semakin memperkuat agenda transisi energi Indonesia, membuka peluang ekonomi baru di tingkat lokal, serta mempererat kemitraan strategis antara Indonesia dan Inggris menuju masa depan energi yang lebih bersih dan berkelanjutan. (Ins/E-1)
DUTA Besar Inggris untuk Indonesia Dominic Jermey punya keahlian yang tidak banyak orang tahu.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved