Headline

Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.

Fokus

Terdapat sejumlah faktor sosiologis yang mendasari aksi tawur.  

Membangun Listrik Mesti Dibarengi Perilaku Hemat Energi

Jesica Sihite
28/9/2015 00:00
Membangun Listrik Mesti Dibarengi Perilaku Hemat Energi
(MI/Panca Syurkani)
LISTRIK merupakan jendela peradaban. Sudah menjadi hal yang tidak bisa dimungkiri, listrik masuk kebutuhan primer manusia. Tanpa listrik, manusia sulit bekerja, anak sekolah juga akan sulit belajar di malam hari.

Melihat kondisi kelistrikan Indonesia, masih banyak daerah yang belum teraliri setrum atau bisa dikatakan masih banyak daerah yang mengalami krisis listrik.

Pada akhir 2014, rasio elektri fikasi Indonesia mencapai 84,35% dan sudah naik menjadi 86,39% pada September ini. Meski meningkat, rasio tersebut masih lebih rendah ketimbang negara-negara tetangga seperti Singapura yang sudah 100%, Brunei Darussalam 99,7%, Thailand 99,3%, Malaysia 99%, dan Vietnam 98%.

Bila dihitung per kapita, konsumsi listrik Indonesia juga masih terbilang rendah. Konsumsi listrik nasional masih sebesar 700 kilowatt hour (kWh) per kapita, sedangkan Malaysia sudah mencapai 2.500 kWh per kapita.

Semua hal tersebut menandakan akses warga masyarakat terhadap listrik di Indonesia terbilang belum memadai. Kementerian E nergi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pun mencatat saat ini masih terdapat sekitar 8,9 juta rumah tangga, 2.519 desa, dan 136 kecamatan belum teraliri listrik.

Presiden Joko Widodo pun menargetkan pembangunan pembangkit 35 ribu megawatt (Mw) harus bisa kelar pada 2019. Angka tersebut dihitung berdasarkan penambahan kebutuhan listrik sebesar 7.000 Mw per tahun.

Memang sempat terjadi adu pendapat terkait dengan megaproyek ini. Program tersebut dikhawa tirkan menyebabkan PT PLN (persero) akan mengalami kerugian karena harus membeli listrik yang sebenarnya tidak dibutuhkan.

Namun, argumen tersebut ditepis Menteri ESDM Sudirman Said yang mengatakan akan menambah jumlah penanaman modal negara (PMN) kepada PLN. Pun, dia menggadang-gadang pemerintah akan menempuh berbagai upaya untuk membantu PLN mengatasi persoalan finansial perseroan.

Terlepas dari peliknya adu argumentasi yang kini sudah mereda tersebut, PLN ditugasi pemerintah untuk membang un 5.000 dari 35 ribu Mw. Sisanya, 30 ribu Mw, diserah kan kepada perusahaan listrik swasta (independent power producer/ IPP). Porsi itu terbilang kecil karena PLN akan difokuskan membangun jaringan transmisi dan distribusi listrik, juga PLN dikatakan pemerintah tidak sanggup untuk membangun 10 ribu Mw. Jaringan transmisi yang menjadi tugas PLN mencapai 42 ribu kilometer (km) dengan membangun 732 transmisi, 75 ribu tower, dan 1.375 gardu induk.

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Jarman pernah menandaskan PLN akan ditugaskan melistriki wilayah di luar Pulau Jawa. Dalam cetak biru program 35 ribu Mw, PLN akan membangun pembangkit 670 Mw di Nusa Tenggara, 260 Mw di Maluku, 2.000 Mw di Sulawesi, dan 220 Mw di Papua. Dengan terbangunnya 35 ribu Mw dalam lima tahun ini, Kementerian ESDM menargetkan rasio elektrifikasi nasional mencapai 97,4% pada akhir 2019.

Dari program 35 ribu Mw, pemerintah juga menargetkan datangnya investasi sebesar US$72,9 miliar. Serapan tenaga kerja langsung diperkirakan mencapai 650 ribu dan tidak langsung mencapai 3 juta pekerja.

Masyarakat ikut andil
Rencana pemerintah melistriki Indonesia tidak serta merta membawa Indonesia terbebas dari krisis listrik. Semua pihak, termasuk masyarakat, diminta ikut serta mengantisipasi krisis listrik yang bisa saja terjadi di Tanah Air.



Kementerian ESDM mencanangkan program kampanye Potong 10% di Hari Pertambangan dan Energi yang jatuh pada 28 September. Selama lima tahun ke depan, kampanye Potong 10% akan didengungkan kepada masyarakat.

Secara nasional, Kementerian ESDM mengklaim berhemat 10% lebih mudah dilakukan ketimbang membangun sumber energi sebesar 10% yang setara dengan 10 Mw dan membutuhkan dana Rp450 triliun.

Pilihan yang bisa dilakukan masyarakat ialah melakukan efisiensi penggunaan listrik, mematikan peralatan listrik yang tidak dipakai seperti lampu penerangan, komputer kantor saat pulang kerja, dan pendingin ruangan.

Masyarakat bisa melakukan penghematan dengan meng gunakan peralatan elektronik hemat energi, misalnya lampu LED. Menurut pemerintah, lampu LED berdaya 8 watt sama terangnya dengan lampu pijar dengan daya 400 watt.

Menteri ESDM Sudirman Said pernah mengatakan sumber energi terbesar di Indonesia bahkan di dunia ialah efisiensi energi. Berhemat listrik tidak hanya bisa menurunkan besaran tagihan listrik, tetapi juga membantu mengantisipasi krisis listrik dan mencapai kedaulatan energi nasional.(Jes/X-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya